Kamis, 27 Januari 2011

CS 5/3: Surat dari Mama yang Tak Romantis

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 5 “Aku (Munsyid) dan Ortuku”
Volume 3 : Surat dari Mama yang tak romantis (Kisah Firto, Ketua ANN Jateng)

Aku adalah anak pertama dari lima bersaudara. Hasil blasteran keluarga berdarah militer dan keluarga petani. Mamaku adalah seorang guru yang tegas dan (menurutku) senang bercerita dan mengkritik. Papaku seorang penyuluh pemerintahan yang ulet dan (juga) senang bercerita. Tak heran jika diriku menjelma sebagai pendongeng yang suka terang-terangan mengkritik.

Walaupun senang bercerita, yang membuatku heri alias heran sendiri, Mama bukanlah sosok yang romantis. Kadang ketika mengajarkan sesuatu yang baik, omelannya malah lebih menusuk ketimbang pesannya. Tidak ada bujuk halus, pelukan atau ciuman dalam nasihatnya.

Saat seusia SD, aku sudah diajarkan mencuci baju, mencuci piring, menyetrika, menyiram tanaman, bahkan menjual kue. Aku tak terima. Tapi, ketidakterimaanku malah membuat Mama kesal. Jangan harap ada sosok protogonis Ibu di sinetron, yang ketika anaknya ngambek, Si Ibu akan lemah lembut menasihati. Makin keras aku menangis, makin keras pula Beliau bersikap.

Sejak SD, aku selalu langganan juara. Biasanya, juara kelas dibelikan mainan-mainan anak kecil. Tapi, aku hanya diajak makan malam di luar atau dibuatkan nasi uduk. Aku sebenarnya tak protes. Walaupun aku sangat ingin punya Nintendo (sejenis PS jaman dulu) atau mainan lain. Sebagai alternatif, kadang aku bermain di sungai atau menangkap ikan di selokan tengah kota, Saat itu Mama marah besar. Aku tak tahu mengapa. Dia tidak bisa menjelaskan kenapa itu tidak boleh dengan romantis. Yang aku tahu, dia hanya marah, marah, dan marah. Padahal, jika sekarang aku membayangkan diriku sendiri yang bermain di selokan kotor, aku jadi jijai sendiri.

Hal itu berlanjut sampai aku SMA dan mengenal Rohis, yang katanya penuh dengan aktivis dakwah. Di benakku, Mama adalah target dakwah yang harus diperbaiki, biar gak marah-marah terus. Hampir di setiap dinding rumah, aku tempeli surat-surat Al Qur’an. Bahkan, di meja rias Mama, tempelan itu tertancap rapat. Harapannya Mama bisa berjilbab, mengaji, dan menjadi Ibu-ibu Soleha gitu loh. Mama marah besar. Aku juga sama, ikut-ikutan marah dan menyalahkan Mama. Mama melepas tempelan-tempelan itu. Aku menempel lebih banyak lagi. Sama-sama keras, konflik tercipta.

Sampai ketika aku kuliah, ternyata keromantisan-keromantisan Mama, yang beliau tutupi itu terbongkar. Aku menangis, manakala mengetahui sejak lama Mama mati-matian menabung dan mencari pinjaman demi biaya kuliahku kelak. Aku ingat, demi menambah kepulan asap dapur, Mama rela bangun jam tiga pagi. Ia membuat empek-empek untuk dijual ke siswa sekolah-sekolah. Kadang ia mengreditkan baju-baju ke para tetangga. Jelang akhir bulan, Mama sering mendesak Papa segera mengirim uang untukku.

Bahkan, sampai usiaku kepala dua, dia masih mempertahankan tradisi anak kecil, yaitu baju baru lebaran. Seringkali ia mengirim uang untuk beli baju saat lebaran. Dan setelah sekian lama, wanita itu akhirnya mengirimkan sesuatu yang romantis. Sebuah surat, yang masih kusimpan saat ini. Dalam surat itu Mama menunjukkan keromantisannya, ungkapan sayang dan bangganya terhadapku.

Apa yang beliau tanam sejak kecil, baru terasa buahnya saat ini. Aku bangga manakala bisa mencuci, menyetrika, memasak, mengurus tanaman, yang kelak bisa menjadi awal bisnis tanaman dan rumah makanku (Amin). Aku juga bangga dengan cerewetku, yang ternyata sangat berguna ketika aku menjadi MC dan manajemen. Dan aku lebih bangga lagi dengan orang yang mewariskan itu padaku. Kalau mau cari jeleknya, mungkin ada seribu kejelekan Mama. Tapi seribu itu tidak ada apa-apa dengan bermilyar kebaikan, yang membuatnya menjadi Mama terbaik untukku.

Epilog: Pada akhirnya Mama berjilbab dan semakin rajin beribadah. Tapi, bukan karena kekerasanku, tapi karena cinta-Nya. Dia tetap menjadi sosok yang tegas, yang dulu kuartikan keras (yang kini penyalahartian itu malah kerap menimpaku melalui munsyid-munsyid binaan). Namun, kini aku tahu bahwa keras dan tegas itu tidaklah sama. Tegas tentu karena sayang.

Chicken Soup selanjutnya Edisi 5 Volume 4 : Ayahku My Hero-ku (Kisah Bahtera Mahiba, GM Media ANN Jateng)

Jumat, 21 Januari 2011

Lomba Nasyid 10th Islamic Book Fair 1432 H/2011 M



Persyaratan Peserta :
  1. Dalam 1 tim nasyid, semua personilnya laki-laki muslim.
  2. Jumlah personil dalam 1 tim nasyid min. 4 orang dan maks. 6 orang (sudah termasuk pemain musik).
  3. Usia 15 – 30 tahun.
  4. Menyerahkan foto berwarna ukuran postcard (close up dan seluruh badan), 1 tim nasyid.
  5. Setiap tim nasyid boleh menampilkan nasyidnya secara acapella (tanpa alat music), menggunakan minus one (latar belakang musik) maupun dengan alat musik/perkusi.
  6. Semua kebutuhan pendukung (CD/laptop minus one, alat music/perkusi) disiapkan sendiri oleh masing-masing tim nasyid.
  7. Tidak sedang terikat kontrak eksklusif dengan label manapun, dengan membuat surat pernyataan bahwa ketika mengikuti lomba ini dan jika nanti menjadi pemenang, peserta tidak sedang dalam ikatan kontrak eksklusif dengan label rekaman manapun.
  8. Tidak Merokok.
  9. Berkelakuan baik.
  10. Lagu yang dibawakan untuk babak penyisihan adalah lagu religi/nasyid bebas.
  11. Lagu yang dibawakan untuk semi final dan final adalah 1 lagu religi/nasyid bebas dan 1 lagu wajib dari Snada/Izzatul Islam/Edcoustic/Inteam/Maher Zain.
  12. Biaya pendaftaran untuk penyisihan sebesar Rp 100.000,-/tim nasyid.
  13. Panitia tidak menanggung biaya apapun yang dikeluarkan peserta untuk mengikuti lomba ini.
  14. Pemenang lomba nasyid ini akan mendapatkan Trophy, hadiah uang pembinaan dan produk dari sponsor (jika ada), dan untuk juara 1 akan dibuatkan rekaman lagu untuk dimasukkan dalam Album Kompilasi Forte Records 2011.
  15. Juri berhak memutuskan tim nasyid yang menjadi juara 1, 2, dan 3 dalam lomba nasyid ini.
  16. Keputusan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Pelaksanaan lomba akan melalui 3 tahapan :

  1. Penyisihan di 3 mall (pilih salah satu, kalau tidak berhasil di 1 mall boleh mencoba kembali di mall berikutnya dengan mendaftar kembali)
    Tempat penyisihan (jadwal dan tempat yang fix akan diberitahukan kemudian) :
    Selasa, 15 Februari 2011, Blok M Square, jam 10.00 – 18.00
    Minggu, 20 Februari 2011, Metropolitan Square (Main Hall Atrium), jam 10.00 – 18.00
    Minggu, 27 Februari 2011, Tamini Square (Lt. 2), jam 10.00 – 18.00
    Akan dipilih total 12 tim nasyid (4 tim nasyid/mall) dari ketiga mall tersebut untuk maju ke babak Semi Final
  2. Semi Final di Panggung Utama 10th Islamic Book Fair, Istora Senayan 
    Senin, 7 Maret 2011, jam 19.00 – 21.00 (untuk jam masih tentative)
    Akan dipilih 6 tim nasyid yang akan masuk ke babak Final
  3. Final di Panggung Utama 10th Islamic Book Fair, Istora Senayan
    Selasa, 8 Maret 2011, jam 19.00 – 21.00 (untuk jam masih tentative)
    Perform terakhir dari para finalis, pemenang akan diumumkan di acara Konser Nasyid dan Indonesia Nasyid Award 2011 dengan tema “Satu Hati untuk Membangun Peradaban Bangsa” pada hari Sabtu, 12 Maret 2011, jam 19.00 – 21.00.

Juri babak penyisihan :
  1. Teddy SNADA
  2. Erwin/Ikhsan/Iqbal SNADA
  3. Tony Muharam (pelatih vocal di Farabi, Gita Gutawa, Indonesian Idol, dll)

Juri babak semi final dan final :
  1. Teddy Snada
  2. Danti (GM Forte Records)
  3. Tony Muharam (pelatih vocal di Farabi, Gita Gutawa, Indonesian Idol, dll)

Pendaftaran :
  1. Peserta mengirimkan alamat email melalui SMS, ketik : NASYID <spasi> alamat email, kirim ke 08174881313.
  2. Formulir pendaftaran dan info lengkap lomba nasyid akan dikirim melalui email.
  3. Peserta mengirimkan kembali formulir pendaftaran yang sudah diisi berikut lagu yang akan dibawakan, profil dan foto tim nasyid serta contoh lagu bagi yang sudah punya lagu sendiri. Dikirim ke byru_80@yahoo.com (harap konfirmasi ke nomor di atas jika sudah mengirimkan). Atau konfirmasi keikutsertaan melalui sms ke nomor di atas dan formulir pendaftaran bisa diserahkan ke panitia pada saat technical meeting.
  4. Biaya pendaftaran Rp 100.000,- ditransfer ke rekening BCA an. Epi Suliyati no.rek 5470236118. Bukti transfer discan dan dikirim juga melalui email di atas atau diserahkan ke panitia pada saat technical meeting atau pada saat acara (babak penyisihan).
  5. Tempat, tanggal, dan waktu technical meeting dan penyisihan serta informasi lainnya akan diinformasikan melalui sms.
  6. Periode pendaftaran : 1 Januari – 15 Februari 2011, 16 - 26 Februari 2011

Peserta yang penampilannya bagus pada saat penyisihan akan mendapatkan kesempatan untuk shooting program Simfoni Hati di Alif TV (jadwal shooting akan diberitahukan setelah babak penyisihan).

Presented by :
Forum Silaturahmi Nasyid Indonesia
10th Islamic Book Fair
Aliansi Radio Islam Indonesia

Supported by :
Nada Hijrah a division of Forte Records
Demi Masa Production
Idhan Kreasi
Tamini Square

Media Partner :
Laa Tahzan TV, Alif TV
Moslem Girls Indonesia, Majalah Sabili, Koran Republika
Sabili On Air 1530 AM Jakarta, Nuris FM Tangerang, Erdamah FM Tangerang, Asy-syafi’iyah AM Jakarta, Dakta Bekasi
MQFM Bandung, Lita FM Bandung, MHFM Solo, Stara Radio Majalengka
Seulaweut Aceh, DJ FM Dumai, Jambi FM, Jazirah UMB Bengkulu, A-Radio Lampung
RAL FM Manado, Suara HMM Papua

Festival Nasyid ANN Jawa Barat 2011

Wah...ada festival nasyid di Jawa Barat nih.... Ayo para munsyid yang berdomisili di Jawa Barat dan daerah lain tunjukkan kemampuan kalian di ajang bergengsi yang satu ini. Semangat yow...!!


Rabu, 19 Januari 2011

1st INDONESIAN NASHEED AWARD 2011 (11 Radio se-Indonesia)

Award yang sangat berarti bagi kemajuan ANN Jateng. Peningkatan branding. Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi?

KATEGORI ACAPELLA
A.    LAGU FAVORIT
  1. TEBARKAN SALAM – LAUNUN
  2. KEKASIH ALLAH – AWAN
  3. NASYID MEMANG ASYIK – FATIH
  4. MUNAJAT HAMBA – NA’AM
  5. RUMUS CANGGIH – JUSTICE VOICE
B.    GRUP FAVORIT
  1. FATIH
  2. LAUNUN
  3. AWAN
  4. JUSTICE VOICE
  5. GRADASI

KATEGORI HAROKI
A.    LAGU FAVORIT
  1. MERAH SAGA – SHOUTUL HAROKAH
  2. SANG MUROBBI – IZZATUL ISLAM
  3. KAMI BUKAN TERORIS – IRA
  4. BANGKIT NEGERIKU – SHOUTUL HAROKAH
  5. GAZA – IZZATUL ISLAM
B.    GRUP FAVORIT
  1. IZZATUL ISLAM
  2. SHOUTUL HAROKAH
  3. IRA
  4. AS-SYUJA’
  5. RUHUL JADID

KATEGORI MUSIK
A.    LAGU FAVORIT
  1. DOA KALBU – FIKA
  2. MUHASABAH CINTA – EDCOUSTIC
  3. TAK ADA BEBAN TANPA PUNDAK – TIAR
  4. HADAPI HAYATI NIKMATI – SIGMA
  5. MAMA BUNDA UMMI APAPUN NAMANYA – THE CS
B.    DUO/GRUP FAVORIT
  1. EDCOUSTIC
  2. SIGMA
  3. TASHIRU
  4. MAIDANY
  5. SNADA
C.    SOLOIS FAVORIT
  1. TIAR
  2. HARIS ISA
  3. FIKA
  4. IIE
  5. OPICK

KATEGORI ISLAMIC ROMANTIC
A.    LAGU FAVORIT
  1. ISTIKHOROH CINTA – SIGMA
  2. NIKAH – ALIEF
  3. MENGUKIR CINTA – MAIDANY
  4. NANTIKANKU DI BATAS WAKTU – EDCOUSTIC
  5. DI UJUNG PENANTIAN – SUBY & INA
B.    SOLOIS/DUO/GRUP FAVORIT
  1. ALIEF
  2. SUBY-INA
  3. SIGMA
  4. EDCOUSTIC
  5. MAIDANY

KATEGORI MANCANEGARA
  1. MAHER ZEIN – BARAKALLAH
  2. SAMI YUSUF – HEALING
  3. SAUJANA – NOTA CINTA
  4. UNIC – DEMI CINTA SUCI
  5. MAHER ZEIN – INSHA ALLAH

Dukung nasyid ANN Jateng (yang dibold) dengan mengikuti polling.  Polling akan dilakukan secara 2 tahap, yaitu :
  1. Polling di Laa Tahzan TV (www.laatahzan.tv), yang akan dimulai Jumat, 14 Januari 2011 sampai 24 Januari 2011, dan
  2. Polling SMS, yang akan dimulai Selasa, 25 Januari 2011 – 6 Maret 2011.

Pengumuman dan Pemberian Award akan dilakukan pada:
Sabtu, 12 Maret 2011
Pukul 19.00 – 21.00
di Panggung Utama Islamic Book Fair, Istora Senayan, Jakarta

CS Awan: Sepasang Pemantik Kebaikan

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi Spesial Awan
Volume 4: Kisah Didik Awan (Choir 1)

Saya melihat Didik sebagai sosok munsyid yang biasa saja. Kadang jelek malah, ho ho ho. Selayaknya manusia, tentu ada kekurangan dan kelebihan yang terkalkulasi dalam penilaian saya tentangnya.

Sebagai munsyid, saya akan dengan mudah memaparkan kelemahan bernasyid pria berdarah Temanggung ini. Suaranya masuk kategori marginal (walah, istilah apa pula itu?), kalau jadi choir sering fals, belum lagi seabrek yang lain. Kalau dilihat dari sisi itu saja, rasanya tidak percaya dia hadir di sebuah tim yang beranjak ke dakwah nasional. Bahkan, seorang dosennya sendiri kebingungan, kenapa sosok ini dapat menembus sebuah kompetisi tarik suara stasiun televisi nasional.

“Suara kayak gitu kok bisa masuk,” kurang lebih begitulah celotehan Pendidik itu.

Itulah nasyid: ladang dakwah yang dibuat dari campuran vokal, perfom, kepribadian, dan semangat menyebarkan kebaikan. Selalu ada tempat buat mental entertain sekuat baja seperti Didik. Kegigihannya maju terus, sambil memperbaiki diri, membuat Didik terus hadir di Awan.

Dari semua pancarannya, yang membuat saya takjub adalah kasih sayangnya pada orang tua. Sebagai anak pertama, baru saja lulus S1, punya tanggungan adik kembar, tentu beban moral yang ditimpakan padanya amat besar. Kok memilih nasyid, bukannya langsung kerja? Saya yakin begitu banyak pertanyaan itu terlempar padanya.

Tapi, semuanya terjadi karena Allah meneguhkan hati orangtua Didik untuk memberi restu bernasyid. Restu itu memantikkan percikan kebaikan. Pengorbanan yang tiada sia untuk seorang anak berbakti itu.

Sungguh, saya tahu gejolak pemuda baik ini untuk membahagiakan kedua orang tua. Beberapa kali dia bercerita bahwa selama di perantauan, dia sering menyimpan cerita hal-hal tidak enak, hanya karena tidak ingin orangtuanya cemas. Sang Ibu punya gejala darah tinggi, yang membuatnya tidak boleh terkejut.

Dia juga berjuang untuk memberi kebanggaan kepada orangtuanya dengan bermimpi meneruskan S2 dengan jalur beasiswa. Beberapa kali dia melisankan tanya tentang prosedurnya kepada saya.

Sungguh, saya juga tahu betapa kompak dan dekatnya dia pada orangtuanya. Batin saya terkekeh, manakala dengan pede-nya di depan panggung berkata Didik “I Love You” pada ayah-ibunya yang tengah menonton.

Kini Sepasang Pemantik kebaikan itu tentu bangga. Didik hadir di sebuah kompetisi tarik suara nasional, dengan label nasyid lagi. Sang Ayah sempat berurai protes, manakala sang anak berpenampilan rada aneh di show pertama mereka. Sama seperti yang ia rasakan.

Tapi, dibalik semua itu, saya tetap bangga. Seorang anak gaul gila getho, akhirnya makin dekat pada-Nya dengan perantara nasyid (Satu hal yang membuat saya bangga dengan ANN Jateng karena keberagaman latar munsyid. Dari yang baru belajar sholat sampai dengan ikhwan tulen, ada. Bukan tempat baik, tapi tempat belajar baik ^_^).

Perlu proses bagi Didik untuk menjadi munsyid baik luar dalam. Tapi hadirnya Sepasang Pemantik Kebaikan, membuat tegar langkahnya disana. Saya yakin, Didik pun tak akan menyia-nyiakan mereka. Amin.

Terakhir, saya hanya berlisan, bila ingin melihat Sepasang Pemantik Kebaikan itu makin bangga dengan kiprah Didik, sudilah mengetik SI (spasi) AWAN dan mengirimnya ke 9910.

CS Awan: Aksi Si Buruk Suara

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi Spesial AWAN
Volume 3: Kisah Uki Awan (Perkusi)

Jika ada dongeng Si Buruk Rupa, maka saya tidak termasuk. Tapi, jika ada dongeng Si Buruk Suara, nah itu bisa jadi terinspirasi dari saya he he.

Nama saya Uki. Saya mungkin peserta Suara Indonesia dengan suara terjelek. Sadar diri, saya tentu tak akan mengambil alih suara Kiki sebagai lead vokal. Cukuplah saya ber tak-tik-tttah untuk memeriahkan Awan.

Ibarat film, dulu saya termasuk bagian dibuang sayang dari ANN Jateng. Beberapa petinggi ANN sempat bermaksud memecat saya dari personil Awan. Saya juga sadar bahwa saya jelek banget nyanyinya. Sempat beberapa personil Awan yang lain muring-muring karena kejelekan itu. Gak enak juga sih, tapi saya tutup kuping aja. Saya juga berusaha tegar menahan malu, manakala di sebuah lagu saya cuma kebagian membunyikan ‘ringkitiw’ dari awal sampai akhir.

Satu-satunya yang membuat saya bertahan di ANN Jateng adalah karena saya punya rasa PD yang tinggi. Saya PD meski suara saya jelek. Saya juga PD meski Awan tidak pernah menang sekalipun di Festival manapun. Dulu di Jawa Tengah, untuk acapella didominasi sebuah tim bernama Varian. Kadang timnya mas Alief dan mas Aris (mantan ketua ANN Jateng) masih ikut serta dalam festival dan tentunya menjadi jawara, sesuai prediksi saya. Kadang juga timnya mas Firto menjadi kuda hitam, memenangkan berbagai kejuaraan (Walau seringnya juara 3 he he. Peace Mas). Pokoknya kala itu saya menganggap kekalahan adalah hal yang biasa (maksudnya kita biasa kalah, luar biasa kalo menang he he).

Saat isu dipecatnya mulai memanas, tiba-tiba saya menyadari potensi saya, yaitu perkusi. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, saya pun belajar suara ini. Hanya suara ini. Saya tidak bermimpi belajar choir, apalagi lead vokal, karena saya tahu sekali kelemahan saya dalam hal harmonisasi suara.

Mulailah saya mengoleksi video-video sampai mp3 perkusi. Akhirnya, keajaiban itu muncul (huahaha). Saya melejit menjadi seorang perkusi, yang konon katanya perkusi-perkusi gaya saya banyak ditiru munsyid lain (Alhamdulillah). Tapi yang jelas, semoga dengan kebaikan dari Allah ini, kelak saya bisa menularkannya dengan mengajar langsung pada adik-adik saya, seperti Leon, Bahtera, dan Iqbal ANN Jateng, juga munsyid-munsyid lain di luar ANN. Amin.

CS Awan: Tua-tua Kelapa

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi Spesial AWAN
Volume 1: Kisah Hari Awan (Choir 2)

Perkenalkan, ane Hari Nugraha. Panggilan kerennya Nugie. Ane sudah bernasyid sejak SMA. Artinya dari awal sampe sekarang, sudah hampir sebelas tahun berkiprah di dunia ini. Tak heran, meski tampang ane imut (bukan item mutlak lho ya), ane tergolong munsyid yang palinggg tuir umurnya di Awan, bahkan di ANN Jateng sejagat raya. Insya Allah bertahan di nasyid karena dakwah. Bukan bertahan di dakwah karena nasyid, ho ho ho. Amin.

Waktu yang sangat lama itu membuat ane mantap memilih nasyid sebagai jalan hidup. Sama seperti Aris, rekan ANN Jateng yang sama tuanya dengan ane. Jika mantan ketua ANN Jateng itu tergolong cukup mulus dalam berkarir di nasyid, jalan ane sedikit bergelombang.

Dimulai dari bernasyid di SMA dan menjuarai Festival. Waktu itu ane bukanlah kalangan musisi. Pure Rohis. Jangan tanya bisa main alat musik apa, karena ane pasti speechless jawabnya. Tidak ada satupun yang bisa ane kuasai. Hebatnya, ane didaulat menjadi suara dua dalam choir (Kalo suara choir itu do mi sol, ane ngambil suara Mi). Posisi yang sebenarnya lebih cocok bagi mereka yang tahu alat musik, karena lebih peka nada. Tak mau mundur, ane mencoba posisi itu. Caranya, ane dengerin terus lagu nasyid dan fokus di suara duanya. Sampai-sampai kakak kelas bingung. Kok di sebuah lagu, ane bagus suara duanya. Di lagu lain jelek. Jawabannya simpel : ane Insya Allah bagus suara duanya di lagu yang sudah ane dengerin berulang-ulang suara duanya he he. Buat yang belum? Ya sori mayori yah.

Karir ane di nasyid berlanjut di nasyid kampus. Tim pertama ane namanya Suara Pujangga. Bertahan hampir lima tahun dan nyaris mencapai puncak, generasi emas tim itu satu persatu mundur. SP pun terancam bubar. Sangat menyesakkan. Sekian waktu ane bingung harus bagaimana. Tapi, dipikiran ane hanya menyelamatkan SP. Demi kaderisasi, ane mundur dari tim itu dan belajar menjadi pembimbingnya.

Awalnya ane intens di tim Syahdu. Tapi, jalan lain mengarahkan ane ke Awan. Tepatnya saat Awan mulai mencapai puncak, mendadak personil Awan untuk suara dua mundur. Ane didaulat untuk menjadi pengganti. Ane sih pede-pede aja, karena personil Awan yang lain juga gak kalah tuanya he he (jika dibandingkan tim ANN Jateng lain).  Namun bergabung di Awan membuat saya stress bolak-balik. Berkali-kali, isu Awan bubar mengguncang. Tapi, karena rahmat-Nya Awan masih bertahan.

Sebuah pencapaian juara FNPI 2 dan membuat album mandiri tercapai di penghujung kepala dua usia ane. Membuktikan meski ane bukanlah musisi atau anak band, hanya pake feeling, ane juga bisa berkontribusi bagi dakwah. Bukan  juara FNPI-nya yang penting, tetapi yang penting adalah ketika dengan juara itu ane bisa berdakwah lebih luas. Tak peduli jika Ane sekarang mulai menjelang kepala tiga. Yang penting selama masih bisa berdakwah di sana, ane akan terus menjadi tua-tua kelapa. Makin tua, makin maknyuss santannya he he.

CS Awan: Tamparan Pipi untuk Jalan Lurusku

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi Spesial AWAN
Volume 1: Kisah Kiki Awan (Lead Vocal)

Namaku Abdulah Rizki Nopandi. Panggilan sayangnya Ablah. Panggilan romantisnya Kiki Awan. Tinggi 160-an, putih, rambut ikal, dengan bahasa ngapak sebagai bahasa kerajaanku (gak penting he he).

Hobiku tentu saja bermusik. Tak heran, karena kepintaranku bermusik, banyak wanita-wanita yang mengagumiku. Alhasil, di kotaku aku dikenal sebagai salah satu Mister Penakluk Hati Sang Venus. Hm, gelar yang terasa keren bagiku dulu.

Saking hobinya bermusik, aku sampai memiliki band yang cukup punya nama di kotaku. Alirannya cadas, man! Dulu aku tak canggung bergoyang-goyang asyik di panggung. Sampai akhirnya semuanya berbalik 180 derajat.

Sebuah selebaran open recruitment Nasyid menarik hati teman dekatku. Karena tahu aku suka musik, dia mengajakku untuk ikutan audisi nasyid. Jreng!! Tak terduga aku diterima. Masuk ke sebuah tim yang bernama Awan wan wan.

Dulu belum terpikirkan bagiku untuk serius di dunia ini. Latihan saja masih pakai celana pendek. Tapi, kok lama-lama asyik juga ya. Aku makin serius menekuni. Dan itu membuatku terseret makin jauh ke dalam dakwah Islam. Tidak hanya nasyid, aku juga serius menekuni mentoring dan halaqoh. Naasnya, eh salah, beruntungnya semua teman mentoringku orang yang alim, kecuali aku huahahah. 

Sampai tiba masanya, kajian itu menceritakan tentang bagaimana hubungan muhrim dan non muhrim. Aku terdiam dan merinding disko. Speachless karena ternyata hubungan itu betul-betul diatur sampai ke jenjang pernikahan. Tidak halal seorang wanita bagi pria non-muhrim di luar pernikahan. Padahal, layaknya seorang pemuda, masih semangat dan ganteng lagi (he he he, becanda), aku memiliki soulmate alias wanita tambatan hati.

Mendengar kajian itu, aku jadi termenung sendiri. Memang sih, tidak ada yang neko-neko dalam hubunganku dengan si doi. Tapi sebagai pria normal, aku tentu tak bisa memprediksi sampai berapa lama itu bertahan jika tidak diikat dengan ikatan halal. Bisa saja aku dan dia melakukan ini itu, dengan alasan sudah lama dan saling cinta.

Akhirnya aku memantapkan hati untuk berpisah (hiks hiks, eh, hore! Alhamdulillah) dengan sang pujaan hati. Selayaknya sinetron, si doi shock berat. Pelan dia berkata,

“Mas, boleh aku menamparmu?” Aku jadi terdiam dengan pertanyaan horror itu. Plak! Dia menamparku. Uh, sakit banget. Tapi, aku ikhlas. Memang hubunganku dan dia putus. Tapi semoga membuatku yakin menapaki jalan lurus, mempererat hubunganku dengan-Nya.

Opini Cihuy Edisi 5

Perkusi/Beatbox, wajibkah di nasyid acapella?

“Untuk maju, hanya ada dua pilihan: 1. Lebih baik dari yang sudah ada  2. Be Different.”

Kata-kata seorang sohib saya terngiang-ngiang kembali. Dan agaknya terasa pas dengan topik yang saya gulirkan saat ini.

Dahulu kala di Semarang, sang ibukota nasyid (yang ini cuma opini aku, manas-manasin yang lain biar semangat, huahaha) sohib saya itu memberikan  ceramah kepada sebuah tim. Dia menganggap tim itu terlalu berkiblat kepada tim lain yang sudah terkenal.

“Mau sebagus apapun kalian, kalau meniru apa yang sudah mereka perbuat, tetap saja akan dicap tidak lebih bagus dari mereka. Kecuali kalo kalian bawakan sesuatu yang setipe, namun lebih baik. Tapi, lebih baik lagi jika kalian be different. Jadi sesuatu yang berbeda.”

Tim itu akhirnya memilih jalan kedua : Be Different. Mereka mengembangkan konsep acapella unik-modern dengan kekuatan bertumpu pada perkusi dan bass. Setelah sekian waktu berlalu, ucapan sohib saya itu valid dan signifikan. Tim itu akhirnya sejajar dengan tim terkenal yang mereka tiru. Sohib saya itu adalah Aris (ketua ANN Jateng periode 1). Tim yang meniru itu adalah Awan. Tim yang ditiru itu….tiiiit (gak mau nyebut ah. Ntar GR he he)

Saya tidak bilang gara-gara Awan trus banyak bermunculan perkusi-beatbox. Kenyataannya, di tempat lain bisa jadi lebih dulu berkembang ketimbang Semarang. Tapi, di era mereka menanjak, malah makin banyak tim-tim serupa muncul, apalagi di Semarang. Hampir semua pakai perkusi. Hampir semua menyanyikan lagu dengan kehadiran perkusi di setiap bagian lagu, dari awal sampai akhir.

Yang bikin makin capcai, ternyata fenomena ini tidak hanya di Semarang. Suatu saat, teman saya menghadiri pernikahan di kota lain, yang pengisinya beberapa tim acapella. Komentarnya : “Nasyidnya bagus-bagus ya. Sayang ngebosenin, karena serupa. Pake perkusiii semua. Kayak gitu semua lagi,”

Pertanyaannya sekarang : apakah nasyid acapella harus ada perkusi? Apakah hanya nasyid acapella berbeatbox yang bisa memukau? Sori mayori, sebenarnya ini bukan pertanyaan saya (saja). Tapi, temen saya yang malah lebih gemes, manakala tahu ketika membuat tim nasyid acapella, maka menunya harus lead vokal, choir, perkusi, dan bass. Pokoknya kalo gak ada perkusi, serasa tamatlah riwayat tim itu.

Sah-sah saja dan hak asasi lah ya kalo tim nasyidnya (yang acapella) mau berperkusi full. Tetapi kembali lagi ke konsep ingin maju, berarti teman-teman memilih konsep 1: Lebih baik dari yang sudah ada. Masalahnya, tim-tim nasyid berperkusi sekarang sudah sangat membludak. Jika diibaratkan ocean (samudera), mereka berada dalam red ocean, yaitu sebuah zona yang banyak pesaing dan jika ingin maju harus berdarah-darah. Tentu energi yang dikeluarkan agar bisa lebih baik dari tim-tim yang ada lebih besar (karena sekali lagi, saingannya lebih banyak). Walaupun saya yakin 110%, kalo ada keinginan untuk maju, pasti tim itu bisa maju.

Tapi tak ada salahnya, jika kita menengok Blue Ocean (Biru = ketenangan, sedikit pesaing) dengan menjadi Be Different. Misalnya menggunakan perkusi seperlunya, sesuai kebutuhan ; fokus pada harmonisasi suara ; fokus dengan menyanyi gaya folklore (budaya-budaya tradisional); atau malah fokus dengan acapela dan lirik lucu menggemaskan, meski minim perkusi (yang terakhir sedang dikembangkan Alief dan Firto, proyek pembuktian kalo nasyid acapella bisa bagus, meski tanpa perkusi full dan rumit). Itu hanya beberapa alternatif. Para munsyid pasti bisa mencari yang lain.

Buat para munsyid dan tim nasyid acapella perkusi, saya mohon maaf. Tidak bermaksud mengusik teman-teman, tapi hanya sekedar memberi inspirasi buat tim lain yang sebenarnya bagus tapi tidak ahli perkusi. Kasian kan kalau mereka harus maksain perkusi, padahal naudzubillah.

Sebenarnya budaya latah ini sudah sering terjadi di nasyid, tidak hanya masalah perkusi/beatbox. Waktu suara Dicky Fatih membawakan sebuah lagu dan akhirnya sukses. Banyak tim nasyid ikut-ikutan berlead vokal dengan suara diunik-unikin gimana geto. Sekarang di Semarang lagi latah niru tak-tuk-tak Juosssh Taqien (bete aku, huahaha). Dulu pas JV sukses memedleykan lagu dangdut dan nasyid (Wanita Soleha dkk), semua ikut-ikutan itu. Bahkan, gaya-gaya Faris diikuti. Masih tim yang sama, pas lagu Rumus Canggih dilucukan dengan gaya mengecilkan dan membesarkan volume suara, semua juga latah. Pun pas Kekasih Allah meledak, banyak peniru suara gitar listrik (yang persis seperti Awan) atau perkusinya.

Boleh-boleh aja meniru. Konon seorang pelukis Cina pemula harus menirukan sama persis lukisan asli, diawal ia belajar. Tetapi, semua ada masanya. Kelak pelukis itu mencoba mencari gaya sendiri setelah mapan. Harapannya di nasyid juga demikian. Kelak para tim nasyid bermimpi suatu saat mereka yang jadi inspirasi. Dan semoga itu tidak lama, hanya kerena keenakan meniru dan latah.

Buat My Lovely The CS, Syahdu, Sieben, Mahiba, Double T, N’fe, Azzam Haroki, Faza, I-Five, Hima, Awan : “Yang kreatif ya. Jadilah tim inspirator,”

CS 5/2: Kupanggil wanita tangguh itu dengan Bubun

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 5 “Aku (Munsyid) dan Ortuku”
Volume 2 : Kupanggil wanita tangguh itu dengan Bubun (Kisah Iie The CS)

“Salah satu yang membuat bangga saat laguku Mama, Bunda, Ummi Apapun namanya dinyanyikan Iie adalah karena sang penyanyi sendiri sayang banget dengan Ibunya” (Firto)

Jika orang memanggil wanita yang melahirkannya dengan sebutan Ibu, Bunda, Ummi, atau Emak, maka aku memanggilnya dengan kata Bubun. Dia seorang perawat, yang terkenal tegas dan berani mengkritik atasan, bila mereka salah. Bubun sekarang memang terlihat mapan. Namun, aku tidak pernah diajarkan untuk manja dan tidak peduli pada sesama. Posisinya sekarang, ia dapatkan dengan perjuangan yang menurutku berdarah-darah.

Bubun lahir di sebuah keluarga tak mampu dengan jumlah saudara mencapai sebelas orang. Entah kata apa selain miskin dan prihatin, yang bisa menggambarkan keluarga mbah, orang tua Bubun. Jika dulu mereka punya lauk telur rebus, maka sebutir telur itu akan dibagi dua belas, jumlah dari anak Mbah. Walau demikian, Bubun tidak menggerutu dengan keadaan itu. Saat tidak ada makanan di rumahnya, Bubun pergi ke sekitar sungai. Ia mencari apa saja yang bisa dimakan di sana. Bahkan, ia pernah memakan pelepah pisang saking laparnya.

Saat teman-teman sebayanya sekolah, Bubun pun minta disekolahkan. Awalnya Mbah menolak. Anak putri jaman dulu sekolah buat apa? Mungkin begitu pikirnya. Tapi, tekad Bubun yang kuat meluluhkannya. Bubun pun sekolah.

Tapi, ujian itu masih berlanjut. Saat Bubun SMP, Bubun menunggak uang sekolah berbulan-bulan. Ia tidak mampu membayar. Sampai akhirnya, pihak sekolah mengeluarkan ia dari sekolah. Namun, Bubun tetap tahan banting. Tanpa merasa malu, ia tetap bersekolah, meski sudah dikeluarkan dari sana. Bubun bekerja apa saja demi meneruskan sekolahnya. Salah satunya dengan menyanyi, bakat yang kelak akhirnya turun pada diriku.

Perjuangan itu terbayar. Bubun akhirnya menjadi seorang perawat. Mengenang riwayatnya dulu, aku bertekad tak akan melelahkannya di usia tuanya sekarang. Namun, satu kejadian membuatku tersentak. Saat aku dinyatakan sebagai pemenang solois salah satu label, jam terbangku makin tinggi. Aku kelabakan.

Aku tidak punya sepatu dan baju-baju yang layak untuk tampil. Semua kostum yang aku pakai untuk audisi itu adalah properti ANN Jateng. Ada juga pemberian seseorang karena terharu saat aku melaju ke semifinal. Bubun pun bertanya, apakah butuh barang-barang itu? Aku menjawab tidak. Aku pun diminta pulang sama Bubun. Tanpa diduga, dia membelikanku sepatu dan baju baru. Rasanya dadaku begitu sesak. Bahkan disaat aku mulai menggapai mimpi, aku masih merepotkannya.

Kini aku hanya berharap bisa kian melaju karirnya. Berharap pula, album yang ada M.B.U itu bisa laris album dan RBT nya. Walaupun lebih banyak orang yang bertanya bagaimana donlot/gratisnya daripada bertanya dimana membelinya. Tapi, aku berjanji untuk membalas kebaikan Bubun dengan jerihku. Walaupun aku tahu kasihnya tidak akan pernah terbalas sampai kapanpun.

Note : Lagu M.B.U semula dinyanyikan The CS, kemudian Iie (yang juga lead vocal The CS) setelah terpilih menjadi salah satu pemenang audisi solois. Ada di album kompilasi Solois Religi Terpilih.

Opini Cihuy Edisi 4

Ketika kebencian itu dibenturkan dengan ukhuwah...

Sebuah tempat berpanggung medium penuh dengan sorak-sorai penonton. Saat itu tengah berlangsung final FNPI2. Ada dua gelar bergengsi yang diperebutkan di sana : Juara Pertama dan Juara Favorit. Juara pertama ditentukan juri, juara favorit ditentukan polling SMS. Segenap offisial bergerak, mempersiapkan penampilan terbaik untuk sebuah gelar juara pertama. Tanpa disadari banyak pihak, sebuah tim kecil juga sudah dipersiapkan ANN Jateng. Berpuluh, beratus, bahkan mungkin beribu-ribu ajakan dan mobilisasi untuk mem-vote Awan dilepaskan. Sukses! Nasyid lovers berbondong-bondong mendukung. Konon saking banyaknya, sms-center sampai berkali-kali tidak bisa menampung

Diwaktu lain, di sebuah award tim nasyid inspiratif, seorang pendukung Awan mengeluhkan sulitnya Awan bersaing karena sedikitnya data penguat Awan. Apalagi kandidat lain adalah tim-tim senior yang sudah sangat dikenal. Sebagai orang netral, tentu tidak berhak baginya mempresentasikan Awan. Akhirnya, di tengah malam buta seseorang ANN Jateng mengumpulkan data Awan dan menuliskannya dalam sebuah tulisan semenarik mungkin. Dia kirimkan data itu. Dan…sebuah takdir Allah menyentak. Awan terpilih sebagai tim nasyid paling Inspiratif se-Indonesia versi award itu, mengalahkan sejumlah nama besar.

Dan tahukah nasyid lovers? pelaku kedua momen itu (salah satunya) adalah orang yang paling membenci Awan di ANN Jateng. Bukan karena iri atau tidak suka dengan Awan, yang membuatnya demikian. Tapi, dia hanya ingin mengingatkan ketika merasa enak diajari di ANN, Awan juga harus mau mengajar, berbagi dengan adik-adiknya di sana (menurut dia, Awan belum maksimal untuk itu). Apalagi ada perkusi terbaik, bass terbaik, suara dua terbaik, lead vocal, dan pengiring terbaik pencapaiannya saat ini. Meskipun bisa jadi orang tersebut salah sangka. Sejauh ini, Awan menggerakkan banyak orang untuk berbuat baik dengan nasyid.

Selayaknya manusia, ditengah ribuan kebaikan dan inspirasi yang diberikan Awan, masih ada ruang (yang bagi sebagian orang) untuk menjadi kelemahan Awan. Tentu saja Allah memberikannya, agar menjadi ladang amal untuk memperbaiki bersama.

Namun manakala kebencian itu dibenturkan dengan ukhuwah. Semua luluh. Berbondong-bondong ANN Jateng, ANN pusat, ANN Jogja,  sobat Awan di seluruh Indonesia  menggalang suara buat kebanggaan mereka ini. Saudara-saudara Awan sebenarnya hanya melakukan hal yang remeh: menulis status, memasang gambar, memasivkan pesan dukung awan, hingga membeli pulsa lima-sepuluh ribu buat Awan. Tapi, sesungguhnya seperti prinsip Jepang, kumpulan hal-hal remeh itu akan menjadi hal yang besar ketika disatukan. Aksi ini juga dilakukan orang yang sangat membenci Awan itu dengan sekuat tenaga. Sebuah sisi inspiratif lain bagi nasyid lovers, bahwa Ukhuwah mampu menghadirkan cinta. So, jika yang ‘membenci’ Awan saja bisa berbuat, tentu para nasyid lovers yang mencintai akan mendukung dakwah mereka jauh lebih baik

“Aku adalah orang yang tidak percaya dengan kesuksesan Awan di SI akan membuka pintu bagi saudara-saudara mereka (the cs,mahiba, sieben, n FE, Azzam syahdu, dll), seperti yang mereka bilang. Tapi, aku sangat berharap Awan akan mampu mematahkan statetment itu. Dan bilang padaku ‘Kau salah, teman’. Atas dasar itu, aku berkoar ketik SI (spasi) Awan kirim ke 9910. Sebab aku menunggu kelanjutan statement itu. Sesungguhnya aku membenci karena mencintai mereka,” (Komentar seseorang yang membenci itu)

Opini Cihuy Edisi 3

Tentang Si Bolo Bolo

Sebenarnya ragu-ragu juga menulis opini cihuy tentang Sintesa. Selain minimnya data yang saya miliki, Sintesa di mata saya ya biasa-biasa saja ( huahahaha, maaf ya mas-mas Sintesa, namanya juga opini). Saya cuma ngefans bassnya ajah. Tapi, berhubung ditantang Papa Era tersayang, ya sudahlah. Saya coba ngulik-ngulik info dan nonton tim ini di yu-tup.

Sebelumnya, mohon dimaafkan jika tulisan saya menyebutkan yang enak-enak sekaligus yang gak enak dari Sintesa. Aku pikir, penulis yang menuliskan hanya yang bagus-bagus aja, tanpa mengungkapkan unek-unek tentang subjek yang ditulis, maka sesungguhnya sang penulis sedang menjerumuskan subjek. Tul gak?

Oke, mulai! Saya mengenal Sintesa sejak tahun 2008. Tapi konon, katanya tim ini berdiri sudah sejak lama. Mulai dari mereka SMP sampai sekarang kuliah, tim dengan nama unik ini tegar berdiri. Selayaknya kebanyakan tim-tim acapella Jogja dan Jateng, tim ini kental dengan sentuhan perkusi.

Indikasi melejitnya pelantun ‘Dzikir Vs Hape’ ini sebenarnya sudah terlihat sejak FNPI 2. Meski menurut saya biasa-biasa saja untuk beberapa hal, Sintesa memberi pembuktian signifikan. Mengembangkan kemampuan double perkusi yang apik ditambah dengan bass mumpuni, Sintesa berhasil menutupi beberapa aspek lain dari mereka yang (dianggap) biasa-biasa saja itu. Konon, katanya mayoritas personil sang bolo-bolo bagus perkusinya. Satu nilai plus, yang tidak dimiliki banyak tim.

Branding gondrong bagus yang dikembangkan sebagian personil cukup menarik kalangan umum mengenal tim ini (Walau harus hati-hati juga. Tapi, biar gondrong tetap sholeh kok, he he). Penguatan citra itu tersirat dalam salah satu lagu tim Jogja ini. Dalam ekonomi (ilmu saya dipake nih), konsep branding ini untuk segmen tertentu oke banget. Sedikit menyentuh konsep marketing blue ocean. Alah, panjang he he. Selain branding, Sintesa juga dikenal kreatif dengan hadirnya game sintesa atau gantungan kunci lucu khusus bagi Sintesa bolo-bolo.

Pembuktian meyakinkan paling mencolok duta Jogja ini adalah berhasilnya wakil zona 3 ini mempertahankan Juara Favorit pilihan nasyid lovers di FNPI 2010, yang semula di pegang Awan. Gelar ini mengindikasikan tim ini cukup digemari oleh nasyid lovers. Pembuktian itu dilengkapi dengan terpilihnya mereka sebagai wakil nasyid di Suara Indonesia. Keseriusan untuk mengharumkan nasyid di ajang ini sampai membawa mereka ke pelatihan kepribadian. Great Job!

Tak ada gading yang tak retak (ya iya donx). (Menurut aye) Perfomance tim ini masih perlu pembenahan serius, terutama dalam hal dramaturgi, koreo, dan gesture tubuh. Ketika saya melihat mereka (baik saat live FNPI 2, maupun di yu-tup), mereka terasa kurang total memberi. Masih seperti bernyanyi untuk dirinya sendiri. Perfom itu memang tertutupi dengan perkusi dan bass yang mantap. Tapi,  lebih oke lagi jika itu dibenahi.

Selain itu, pembenahan lain yang perlu (cuma request he he) adalah kemampuan lead vokal dan choir yang masih terasa sangat biasa. Sebenarnya sudah bagus, tapi untuk sekaliber Sintesa yang sudah nasional….. Ehm, Si Bolo-bolo bisa mengukur diri sendiri lah. Dan satu hal yang menggelitik saya (mumpung lagi bahas tim jogja huahaha), Kata munsyid Jogja sendiri, ada kecenderungan antar tim...aduh gimana ya nyebutnya. Analoginya gini, jika sintesa punya sintesa bolo-bolo, tim b punya fans boli-boli, dan si C punya pendukung bili-bili, maka antara bolo-bolo, boli-boli, bili-bili, kadang tidak saling mengenal dan ada sekat. Betul atau tidaknya (semoga tidak), semoga dengan semakin membesarnya Sintesa dapat mempererat ukhuwah di Jogja.

Akhirnya, ayo dukung Sintesa di Suara Indonesia. Kenapa? Karena meski masih diliputi beberapa kekurangan, rasanya pencapaian prestasi dengan usia sehijau mereka patut diberikan apresiasi lebih. Mari kita buktikan jika peduli dengan generasi penerus dakwah.

CS 5/1: Tas Ungu dari Becak Ayah

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 5 “Aku (Munsyid) dan Ortuku”
Volume 1 : Tas Ungu dari Becak Ayah (Kisah Saut The CS)

“Penyesalan selalu datang terlambat. Jaga lisanmu untuk tidak berkata-kata sesuatu yang bisa membebani ortumu.”

Ini kisahku tatkala masih SD. Sewaktu kenaikan kelas dua, aku menjadi juara dua. Aku mendapat hadiah buku dan pensil dari SD, jadi aku tidak perlu membeli yang baru lagi. Tapi, rasanya tidak untuk tas. Aku perlu membeli yang baru.

Aku sebenarnya sangat menyukai tas lama itu. Warnanya ungu tua dan bening,  membuatku bisa melihat apa saja isi di dalamnya. Tas itu terlihat gagah dengan gambar seorang superhero dari Jepang. Sayangnya kedua talinya sudah putus, sehingga tidak bisa dipakai lagi

Aku pernah mengutarakan keinginanku mempunyai tas baru pada Ibu. Tapi, wanita itu hanya diam saja. Tak mau tertolak, aku pun menyatakan hal yang sama pada ayah. Tapi, jawaban Beliau malah membuatku kesal.

“Tasnya ayah jahitkan saja ya, Nak,”

“Iya. Dijahit saja ya,” Ibu menguatkan.

Aku bertanya kenapa harus dijahit. Tapi, mereka hanya bungkam. Kedua orangtuaku juga tiada berkata ‘tidak punya uang’, alasan pamungkas yang biasa digunakan orangtua pada anaknya. Aku kian kesal dan menangis sejadi-jadinya. Tak kuasa aku berteriak.

“Buat apa aku jadi juara dua, jika tidak dibelikan tas baru. Percuma!” teriakku. Seketika wajah ayah dan ibu seperti menahan beban berat. Waktu itu aku masih terlalu hijau untuk memaklumi apa beban mereka.

Mendengar tangisku, ayah langsung pergi narik becak. Beliau tetap membawa tas unguku buat dijahit talinya. Aku terus menangis kencang. Rasanya hilang harapanku untuk memiliki sebuah tas baru

Sorenya, Beliau pulang dari narik becak. Aku sudah menunggu dengan wajah cemberut. Ayah membuka jok kursi becak dan mengambil sebuah tas. Benda itu diberikannya padaku. Tas itu ternyata bukan tas lama. Itu tas baru. Warnanya sama-sama ungu, tapi lebih muda. Tidak ada lagi gambar superhero di sana. Tas ini membuatku lebih dewasa ketimbang tas lama yang bergambar superhero.

Aku senang sekali karena dibelikan tas baru. Waktu itu, aku tidak berpikir sebesar apa usaha ayah mencari penumpang becak, agar dapat mempunyai uang lebih untuk membeli sebuah tas baru. Sekarang, bila mengingat kenangan itu, aku hanya malu bercampur terharu. Betapa sayangnya ayah dan ibu kepadaku.

Opini Cihuy Edisi 2

Fatih, barometer nasyid yang suka berbagi?

Sebenarnya ada yang lebih layak menulis catatan ini, tapi tulisan ini saya persembahkan, sebagai wujud apresiasi saya untuk dedikasi mereka selama ini pada nasyid. Kebetulan di ANN Jateng banyak banget yang nge-fans sama tim ini.

Saya mengenal Fatih sejak tahun 2004. Saat itu mereka menjadi peserta salah satu audisi tim nasyid di sebuah festival televisi terkenal, FNI 1 (Ups sori, menyebut merek). Saya ingat betul bahwa tidak ada komentar yang begitu pedas bagi tim ini. Mereka tampil bagus dan aman. Namun, takdir berkata lain. Mereka tereliminasi pertama kali di ajang itu bersama dengan Zukhruf (Jateng). 

Skenario-Nya memang indah. Tak lama setelah itu, Fatih menetaskan Album dengan hits single Anyta. Album ini merupakan pembuktian  awal bahwa mereka konsisten di jalur nasyid. Disaat itu, jagoan FNI 1 saya malah pindah jalur jadi musik yang lain (Oh no!). Sebenarnya ada beberapa tim FNI 1, as I know, masih bertahan, seperti Launun, Zukhruf, Senandung Hikmah, Alveoli. Tapi (menurut saya), Fatih gaungnya paling terdengar di Indonesia. Segmen yang dibidik pun jelas, yaitu remaja SMA getho deh. Jadi, waktu saya jadi juri atau penonton festival, mesti lagu-lagu Fatih banyak beredar di kalangan tim-tim muda itu (Dulu JV, belakangan Awan. Bingung kan? He he).

Wajar saja. Jika di definisikan tiga kata, maka Fatih itu muda, ceria, dan semangat (Walaupun sekarang bisa ditambah dengan frase terancam gendut bagi sebagian personil, he he kaburrr!). Saking terkenalnya, tidak hanya majalah Islami yang memuat profil mereka. Sebuah majalah remaja nasional yang gaul gila ikut-ikutan nampang tuh profil (Saya gak langganan lho. Cumi alias cuma minjem. Gak penting mode on). 

World Idol dari Fatih adalah lagu favorit saya dulu. Tapi, lagu itu tidak begitu populer. Setidaknya ada 4 lagu mereka, yang sering dibawakan munsyid lain: Anyta, Dzikir Adalah, Futur, Nasyid Memang Asyik (yang menurut saya mirip….tiiit sensor). Beragam aransemen ulang dibuat khusus buat lagu-lagu itu. Apalagi saat Nasyid Memang Asyik dijadikan lagu wajib bagi banyak Festival, puluhan bahkan ratusan aransemen lagu ini tercipta. Subhanallah. Ladang amalnya Fatih jadi gede deh (ikutan seneng).

Sempat saya dengar kontroversi lagu Dzikir Adalah yang bergenre dangdut. Ada radio Islami yang gak mau memutar, lagu itu dibahas pula oleh Mbahnya munsyid (ehm, siapa tuh) yang anti itu lagu. Bahkan The CS (tim yang gak kalah terkenalnya dari Fatih. Huahahaha, bohong. Mereka yuniornya Fatih kok)  disindir seorang kyai gara-gara lagu itu. Tapi, lagu ini menjadi pembelajaran bersama, bahwa jangan mencaci jelek sesuatu yang sama-sama baik. So, haroki dan acapella mari eratkan barisan (lho kok sampe kesitu?). Kenyataannya lagu ini menjadi awal mula tobatnya seorang PSK, gara-gara mendengarkannya di sebuah radio dangdut.

Dari tadi saya sudah bicara bagus-bagusnya Fatih. Gak fair juga kalo gak nampilin jelek-jeleknya (huahahah). Menurut saya, Fatih itu dari segi menyanyi gak bagus-bagus amat. 85 lah nilainya (85 gak bagus, bagusnya berapa bo?). Sama kayak Awan ANN Jateng, Sintesa ANN Jogja. Jika nasyid lovers jeli, mereka tidak begitu kuat dalam hal harmonisasi suara, pecah-pecah suara yang rumit gitu he he. Sejauh ini, menurut saya tim nasyid Syahdu yang paling bagus harmonisasinya (he he numpang promo, maklum mereka mau launching album). Tapi, Fatih luar biasa dalam hal perfom. Sama seperti Awan dan (mungkin) Sintesa. Dramaturginya bagus, betul-betul menghibur dan bersahabat. Dalam tampil kan perfom no 1, aransemen no 2, vokal no 3 (Semua ini menurut saya).

Meski perfom sudah ciamik dan cihuy, ada yang hal lain yang membuat saya terpesona dengan Fatih, yaitu semangat berbagi mereka yang patut diacungi 4 jempol. Saya sampai geleng-geleng kepala, manakala Fatih mau tampil di daerah jauh-jauh dengan fee yang mungkin malah membuat mereka tombok/rugi. Lupakan sejenak masalah plus-minus hal itu di dalam manajemen pengembangan tim atau seserius apa nasyid lovers mendukung nasyid. Saya juga sampai terharu, tim sebesar itu masih mau melatih tim-tim kecil, bahkan mendampingi tim yang (bisa jadi menurut orang) ecek-ecek/kelas teri untuk tampil di event Festival.

Mereka sebenarnya bisa bilang sibuk, ga punya waktu, masih belajar, dsb. Mereka juga bisa bilang, ngapain melatih, toh kita sudah cukup menginspirasi tim-tim lain untuk belajar dengan karya-karya kita. Tapi mereka melakukan aksi nyata dan tidak sekedar kata. Nama Papa Era alias Mas Era Sugiarso mungkin tak lepas dari aksi berbagi itu. Tapi, mendengar cerita temen-temen ANN Jateng yang dekat sama mereka, saya tahu bahwa personil Fatih lain juga melakukan hal yang sama. Si Dicky melatih A, Si Taqien D, Si Martha B, bla bla bla.

Tak ayal, jika sebagian (besar) tim acapella Jogja menurut orang luar Jogja bernuansa Fatih banget. Menurut saya ini justru merupakan kesuksesan, karena berarti makin banyak tim-tim sekualitas Fatih. Tinggal masuk ke langkah selanjutnya, mencari blue print sendiri-sendiri.  Konon cara belajar melukis di Cina adalah dengan meniru semirip-miripnya lukisan lain. Setelah bisa, baru belajar berkreasi dan menemukan gaya sendiri.

Finally, saya bilang Ya untuk Fatih di Suara Indonesia. Bagi saya pengorbanan berbagi mereka cukup untuk melisankan itu. Saya yakin mereka tidak akan beralasan ini itu untuk sebuah pemakluman kesalahan, yang mungkin akan menghadang. Buat Fatih, tetap berkarya, bersiap untuk pujian, bersiap untuk kritik, dan memperbaiki diri jika kritik itu benar. Buat Nasyid Lovers : selamat mendukung (atau tidak mendukung), tapi setelah membaca ini kalian akan tahu pilihan terbaik terbaiknya apa ^_^

CS 4/4: Push Up 50x buat Agil

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 4 "Aksi Orang (yang dianggap) Biasa"
Volume 4: Push Up 50x buat Agil

Agil memonyongkan bibirnya lima sentimeter. Lama-lama kesal juga kualitasnya dibilang jelek, jelek, dan jelek oleh manajemen ANN Jateng. Padahal, ia sudah berusaha memperbaiki dengan sekuat tenaga. Belum lekang kesalnya itu, Firto (salah satu personil manajemen) menambahi gelar manja karena ia dianggap terlalu memberi pemakluman pada setiap kelemahannya.

Beberapa waktu lalu, ia tampil dikonser amal Merapi. Firto diamanahi untuk mempersiapkan perfom n’FE, timnya Agil. Sekonyong-konyong, personil manajemen itu mengeluarkan kata yang memerahkan telinganya.

“Kalian kan masih jelek tuh pecah suaranya. Jadi, aku mau perfom kalian bagus. Kalo perfom bagus, perhatian penonton akan terbelah antara memperhatikan vokal dan perfom,”

“Iya Mas,” seru Agil.
“Sekarang, semua personil kasih sepuluh ribu ke aku!”
“Buat apa, Mas?” tanya Raka, teman Agil di n’FE
“Kalo perfom kalian nanti jelek, kalian harus mentraktir aku dengan uang itu,”
“Ih, matre,” sindir Agil.

“Ya kalau gak dipaksa, kalian gak akan menampilkan perfom bagus, apalagi si Agil. Pasti takut uangnya diambil. Iya kan?” Firto balik menyindir. Alhasil, sesuai jumlah personil n’Fe yang berempat, Firto menahan uang mereka sebanyak 40 ribu.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat di raih. n'Fe sukses besar…gagalnya. Perfom mereka gatot alias gagal total. Entah kenapa wajah mereka susah diajak kompromi. Sudah dipaksa-paksa, tapi tetap saja si kaku bin grogi terukir disana. Agil gundah. Sempat dilihatnya Firto tersenyum penuh kemenangan seraya mengibar-ngibarkan uang 40 ribu, yang akan menjadi miliknya.

Entah kerasukan apa, Firto berubah pikiran. Uang tahanan itu ia kembalikan lagi. He he he, cuma ngancam doang ternyata, kira-kira begitulah pikiran Agil. Sudah sering Firto memperingatkannya. Saat Agil mendadak tidak mau ikut sebuah festival, karena si doi trauma dengan yang namanya festival, Firto juga mengancam. Namun, dia tidak memberikan sanksi atas ancamannya itu.

Nopember tiba. Setiap munsyid ANN Jateng harus setor target pribadi bulanan ke manajemen ANN Jateng. Macam-macam target mereka. Ada yang menargetkan membuat 15 lagu dalam sebulan, ada yang ingin les privat alat musik, ada yang bermimpi meningkatkan ambitus suara. Ragam target ini membuat Agil bingung.

“Tulis aja target pesanan saya, Dek,” saran Firto ramah. Agil pun menuruti.
“Tulisannya begini, pada tanggal 15 Nopember saya akan setor 5 lagu ciptaan saya pada Firto,” kata Firto.

“Setiap 1 lagu yang tidak bisa kamu buat, kamu akan push up 50 kali lho Dek. Jadi, jika tidak bisa buat 5 lagu, kamu akan push up sebanyak 250 kali,” kata Firto tenang. Ah, paling cuma ngancem.

15 Nopember tiba. Sedikit panik, Agil menemui Firto. Sebuah ekspresi sendu ia siapkan.
“Mas, maaf aku baru jadi satu lagu nih Mas,” Agil memasang tampang memelas.
“Oh ya? Kalo begitu silahkan push up 200 kali,” kata Firto dingin.
“Ih kejam! Beri aku waktu dua hari atau tiga hari, Mas,”
“Selesaikan 4 lagu itu dalam waktu sejam!” ujar Firto seraya meninggalkan ruangan studio latihan.
“Gak mungkin, Mas,”
“Bodo amat! Aku gak peduli. Yang lain aja bisa,”

Tegang. Laptop Agil sedari tadi menanti jemari pemiliknya menuliskan lirik. Sampai waktu tenggang habis, Agil hanya bisa menyelesaikan 4 lagu. Terpaksa ia mempresentasikan 4 lagu itu pada Firto dan 3 panelis lain (Hans Syahdu, Azmi The CS, dan Trian manajemen).

“Oke, Gil. Terima kasih atas presentasinya. Sekarang silahkan ambil posisi push up. 50 kali ya,” kata Firto. Sesaat Agil terpana.
“Serius Mas? Sekarang?”
“Iya. Kapan lagi?” Firto balik bertanya

Malam makin larut. Saat semua mulai lelah, Agil malah berpacu dengan hitungan push up dari Firto. Tak sabar seruan 50 itu terlempar dari lisan Sang Manajemen. Firto tak peduli dengan kicauan ‘Kasihan! Anak orang itu’. Dia terus menghitung jumlah push up yang dilakukan Agil.

“Aku melakukan ini karena aku cinta dengan adikku itu. Jika aku terus membiarkannya manja, aku akan menjerumuskannya ke penyesalan yang lebih sakit dan melelahkan dibanding ini (push up 50 kali),” pelan kata itu terlantun dari Firto.

Malam makin larut. Meski lelah, Agil bisa sedikit tersenyum. Salah satu lagu yang ia buat dalam waktu 1 jam dianggap sangat bagus oleh para panelis. 1 jam ternyata cukup untuk membuat lagu (meski dengan teknik kepepet ^_^)

Opini Cihuy Edisi 1

Suara Indonesia, kompetisi berbau industri. Munsyid dan nasyid lovers harus bagaimana?

“Berlomba-lombalah dalam hal kebaikan” Tentu rangkaian kalimat itu sudah melekat kuat dalam benak seorang muslim, tak terkecuali para munsyid. Ajang kompetisi nasyid akhir-akhir ini sering diadakan. Satu diantara sekian banyak yang paling prestise di ujung tahun 2010 adalah Suara Indonesia. Kompetisi berbau industri ini memberikan 6 kursi bagi tim nasyid (Sebagian menyebut hanya 5 tim nasyid). 10 % dari total peserta babak grup.

Sebagian pihak menyatakan ajang ini tidak usah dianggap sebagai sebuah kompetisi. Anggap saja sebagai sarana menyebarkan pesan kebaikan. Pernyataan kedua oke. Tapi, pernyataan pertama rasanya gimana gitu. Soalnya sudah hukum alam, bahwa seringkali sesuatu bidang akan maju, manakala kita menemukan pesaing. Alam bawah sadar kita akan menuntun untuk berkreasi, memberikan yang terbaik untuk dakwah, memacu diri sendiri manakala melihat tim lain mampu berbuat hebat dalam penyampaian pesan kebaikan. Lihatlah Bank syariah, Sekolah Islam Terpadu, Lembaga Zakat sebagai contohnya. Selama tidak diliputi penyakit hati, oke-oke saja. Meskipun makin tinggi prestise sebuah ajang, sesungguhnya daya tahan munsyid terhadap berbagai godaan harus semakin tinggi pula.

Lantas bagaimana, lha wong industry pertelevisian kita masih tabu dengan nasyid. Apalagi peserta disana tidak hanya nasyid lho ya, ada grup vocal yang berbasis agama lain, peserta umum, dan lain-lain. Heterogen gitu. Tentu hal-hal berbau agama, selain di bulan Ramadhan, porsinya cukup terbatas. Sebagian suara keukeuh dengan statement kudu nasyid. Namanya juga tim nasyid. Sebagian lain cukup toleran dengan meminta tim nasyid membawakan lagu-lagu universal. Pernyataan pertama oke. Pernyataan kedua oke. Yang tidak oke adalah manakala tim nasyid bernyanyi keluar jalur, trus membela diri dengan berbagai alasan seperti tidak ada pendampingan dan sebagainya (alasan itu tidak mungkin, karena minimal pasti ada pelatih).

Saat tim sudah masuk Suara Indonesia, tanggung jawab permulaan sebenarnya tidak hanya pada personil tim. Saat Awan, Pelangi atau Fatih disebut sebagai peserta, berarti ada beberapa elemen seperti pelatih, pembina, dan tim itu sendiri, yang menjadi bagian kompetisi. Oleh karena itu, stop mencerca suatu tim, yang dianggap keluar jalur. Otak dari tim di awal Suara Indonesia ini justru pelatih, manajemen, atau pembina. Jangan terkagum sekaligus terharu dengan aksi Pelangi saja. Sebagai pencinta nasyid, penulis menahan air mata haru justru karena hebatnya sang pelatih/pembina membuat Pelangi istiqomah. Penulis ingin ketemu Pelangi, tapi penulis lebih ingin bertemu dengan pembinanya. Penulis ingin ketemu Fatih, tapi penulis lebih ingin ketemu Mas Era. Penulis ingin ketemu Awan, tapi penulis lebih ingin ketemu KK Alif dan KK Aris (Alah, kalo yang ini sering he he. Lebay dot com)   

Lantas munsyid harus bagaimana disini? Masuklah kedalam kompetisi, tapi tidak terwarnai, justru mewarnai dengan sesuatu yang baik. Pilih nasyid, yang sekiranya bisa diterima. Gak bisa bernasyid, setidaknya pilih lagu universal. Itu jika teman-teman mau meminta dukungan dengan nasyid lovers. Ada banyak lagu seperti lagu Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Rhoma Irama, yang punya stok lagu universal. Jika takut kekuatan nasyid lovers tidak cukup kuat, tentu ada pilihan melepas gelar tim nasyid dan menyanyikan lagu-lagu cihui versi kalangan non-nasyid. Konsekuensinya, teman-teman menyia-nyiakan kesempatan menampilkan yang terbaik saat bergelar nasyid. Takut yang terbesar sesungguhnya adalah takut karena sudah diberi kesempatan Allah untuk menjadi pejuang di kompetisi ini, namun kita berubah haluan hanya karena tidak ingin tereliminasi.

So, buat nasyid lovers, dukung atau tidak? Tergantung anda memandang ajang ini bisa untuk syiar lebih luas atau tidak. Faktanya, di sebagian wilayah/organisasi, misal di ANN Jateng (yang punya anak/munsyid banyak) dan Jogja (mungkin), meminta partisipasi dukungan jauh lebih sulit. Karena tidak hanya faktor dia tim nasyid atau bukan, tetapi dilihat juga seberapa besar partisipasi mereka untuk mengembangkan junior-junior nya dalam bernasyid tanpa terhambat alasan ketidakmampuan atau sibuk ini itu.

Walaupun demikian, kami sangat merekomendasikan untuk mendukung mereka. Beberapa kompetisi sebelumnya, selain menghasilkan tim aji mumpung, menghasilkan juga tim yang mampu istiqomah. FNI 1 menghasilkan Zukhruf, Launun, Fatih, Senandung Hikmah, Alveoli. FNI 2 menghasilkan misalnya Messiu yang kini regenerasi menjadi Awan. FNPI 2 menghasilkan misalnya Sigma, Awan, BMV. Ada juga THE CS, Syahdu, atau Sintesa yang dulunya juara regional. FNPI 3? tunggu jawabannya tahun depan.

Mungkin bisa jadi ada statement : “Gak usah dukung SMS-SMS gitu. SMS dukungan bisa aja gak masuk karena loading lama”. Analogi yang jika dikaitkan dengan Palestina : “gak usah bantu Palestina, karena bantuan tidak akan nyampe gara-gara blockade Israel”, akan menjadi sangat aneh dan lucu sekali.

So (lagi), buat nasyid lovers selamat mendukung (atau tidak mendukung). Yang penting ukhuwah tetap terjaga ^_^. Kalo kita? Wah manajemen ANN Jateng siap-siap beli pulsa. Rencana mau dukung tim-tim istiqomah niy ^_^. Trims berat buat Suara Indonesia yang sudah meloloskan mereka.

KD 4: Mencoba Menjadi PENCIPTA LAGU untuk Pemula

Kisah nyata. Sebuah lagu mampu meluluhkan seseorang untuk menjadi muallaf (Aku Muslim – Sigma), seorang nasheed lovers dari Sulawesi menjadikan sebuah lagu sebagai pemacu untuk sering mendoakan keluarganya yang telah tiada (Sebelum Dia Pulang – Firto), sebagian yang lain sukses membawa pesan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (lagu-lagu Maher Zein dan Zain Bikha). Bahkan, seorang non-muslim menyatakan cintanya kepada sang ibu dengan lagu Mama, Bunda, Ummi apapun namanya (Iie/The CS).

Mungkin tidak semua orang harus menjadi munsyid. Selain karena nasyid hanyalah secuil medan dakwah, tentu ada beberapa persyaratan, seperti vocal, untuk menjadi munsyid. Tetapi semua orang bisa berpartisipasi dalam dunia ini dengan menjadi pencipta lagu nasyid. Dengan berbagai kisah nyata di atas, Insya Allah pastinya tertarik dong buat membuat lagu? Kalo iya, berikut tips menjadi pencipta lagu bagi pemula.

1. Berhenti memikirkan kekurangan.
“Aku tidak bisa alat musik, aku tidak bisa membuat lirik puitis, atau parahnya aku tidak bisa menulis, aku tidak bisa dan aku tidak bisa lainnya.”
Ketika nasheed lovers mengatakan tidak bisa, maka itu menjadi batas kemampuan kalian semua. Percaya tidak percaya, seorang penulis lagu ANN Jateng (Firto) tidak bisa bermain semua alat musik. Tetapi di ANN Jateng, dia mengukir rekor pencipta lagu yang lagunya paling banyak dinyanyikan oleh munsyid lain. Bahkan, lagunya pernah dinobatkan sebagai lagu terbaik oleh salah satu lembaga.

2. Fokuslah pada kelebihan.
“Aku dulunya suka menulis puisi, ini potensiku untuk membuat lagu-lagu yang indah liriknya,”
“Aku bisa software musik, bisa nih buat coba-coba bikin lagu,”
“Walaupun aku hanya bisa kunci-kunci dasar bergitar, aku yakin bisa menciptakan lagu easy listening,”
Seorang penulis lagu ANN Jateng yang lain (Anggit) mengawali karir menulisnya justru karena sering membuat puisi. Lagu pertamanya ditulis bukan di studio, tetapi di dapur ANN. Meski tidak mahir bergitar, dengan kelebihannya berpuisi, dia mampu membuat lirik indah yang tersusun begitu rapi.

3. Bikin lagu-lagu sederhana dulu. Lupakan dulu membuat lagu yang harus berteknik ini itu. Harus begini begitu. Bikin aja dulu lagunya. Setelah jadi, jika kamu ternyata kesulitan menyanyikan lagu itu, karena diluar dugaan lagu yang kamu ciptakan ternyata tidak sederhana, mintalah beberapa kenalan munsyidmu untuk menyanyikan lagu itu.

4. Pakai hukum paretto. Membuat 10 lagu dalam 1 minggu, yakin ketemu minimal 1 lagu yang bagus. Mungkin awalnya, dalam hukum paretto kamu tipe 10 : 1, artinya dari 10 lagu yang kamu buat, maka 1 lagu pasti bagus. Lambat laun kamu akan berskala 10 : 5, bahkan 10 : 9. Wuih….

5. Perbanyak referensi. Kalau kamu hanya dengerin munsyid tertentu, lagu-lagumu ya kayak gitu alias terbatas nada-nadanya. Banyak-banyak dengerin input nasyid keren, semisal lagu-lagunya Sami Yusuf, Maher Zein, Alief, Fatih, JV, Sigma, The CS, Syahdu, munsyid-munsyid ANN Jateng (ho ho ho Narsis dot com).

6. Muka badak alias tahan malu. Seorang pencipta lagu di ANN Jateng pernah ditertawakan karena membuat lagu tentang ajakan untuk sholat malam, tapi nada-nadanya horror seperti lagu kematian. Tapi, dia tenang-tenang saja dan mengakui kekurangan lagu itu. Intinya, tetap berkarya, walau dikritik ini itu.

 7. Jangan takut lagunya dibilang aneh. Percaya tidak percaya, lagu M.B.U (salah satu lagu ANN Jateng yang mungkin dikenal nasheed lovers) dibuat tahun 2005. Sang pencipta butuh waktu 4 tahun untuk meyakinkan lagu itu bagus, hanya karena di cap aneh.

8. Jangan takut mirip lagu ini itu. Setelah teman-teman membuat lagu, kok dirasa-rasa mirip lagu tertentu, jangan panik duluan. Selama tidak niatan untuk menjiplak atau sengaja meniru, biasanya lagu itu tidak mirip-mirip banget. Ada milyaran lagu di dunia ini, dengan nada-nada yang itu-itu saja. Wajar, jika ada sedikit kemiripan pada beberapa lagu.

9. Perluas kemampuan dengan belajar. Lambat laun, lagu yang kamu buat akan mentok begitu-begitu saja, jika tidak belajar. Belajar gitar, keyboard, software musik supaya lebih mahir, akan sangat mendukung karyamu.

10. Cerdik mewujudkan lagu. Kamu gak bisa nyanyi, minta lagumu dinyanyikan temanmu yang bisa nyanyi. Kamu gak bisa mengaransemen, pakai jasa arranger professional. Kamu gak bisa gitar atau kibor, minta teman-temanmu yang bisa membantumu.

11. Ikutan lomba cipta lagu jika ada.

Oke Nasyid Lovers, selamat membuat lagu...

CS 4/3: Dia Milik Siapa?

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 4 "Aksi Orang (yang dianggap) Biasa"
Volume 3: Dia Milik Siapa?

“Hidup itu indah bukan oleh seberapa banyak orang mengenal kita, tapi oleh seberapa banyak orang bahagia mengenal kita.”

Jika nasyid lovers jeli, biasanya dalam kebanyakan berita ANN, manajemen akan mencantumkan asal tim subjek berita, misalnya Saut The CS, Hans Syahdu, atau Bahtera Mahiba. Beberapa tokoh, seperti Aris atau Firto, tidak digelari embel-embel karena menjadi milik bersama. Namun, akhir-akhir ini tidak hanya kru manajemen, tetapi seorang munsyid diperlakukan serupa.

Dia adalah Redi. Seorang munsyid yang sering dijuluki Apgan (gak pake F), karena wajahnya mirip seorang penyanyi terkenal. Pemuda ini adalah personil Sieben, sebuah tim yang harus jungkirbalik untuk bertahan di ANN Jateng.

Redi sesungguhnya tidak berkualitas jelek. Gelar penyanyi terbaik di kota asalnya, menggambarkan kemampuannya. Tapi, dia dianggap orang biasa, karena berada dalam tim gurem.

Skenario hidup membuat Redi dipinjamkan pada The CS. Tim itu harus mengikuti sebuah kompetisi regional Jateng-DIY-Jatim, namun formasinya tidak lengkap. Tak dinyana, The CS tampil sebagai juara. Bahkan manajemen ANN menobatkan formasi itu sebagai formasi terbaik The CS.

Entah memang sudah jalannya, Tomi The CS memilih pensiun, Saut The CS berkali-kali tidak bisa ikut di banyak event penting. Praktis Redi menambal formasi itu dalam kurun yang sangat lama. Sampai-sampai Redi lebih dikenal sebagai Redi The CS ketimbang Redi Sieben (suatu nama yang awalnya ditolak keras oleh Firto, manajer The CS saat itu). Bahkan tanpa perlu waktu lama, Redi dan The CS tak terpisah. Baik saat latihan, saat tampil, maupun keseharian, mereka terlihat sangat akrab. Membuat Firto dikelilingi 1001 gundah. Akhirnya, Redi pun diikutkan dalam rekaman single ke-5 The CS sebagai tanda terima kasih atas bantuannya.

Skenario indah itu berlanjut dengan terpilihnya Redi sebagai partner duet Iie The CS. Dua orang ini dikaderisasi untuk the next tim Naufal. Usut punya usut, ternyata berduet dengan Iie merupakan impian Redi sejak lama. Redi pun digelari sebagai Redi Naufal. Tak lama kemudian, Redi diberdayakan pula di Syahdu, menggantikan Hans yang mulai purna tugas.

Perlahan Redi mulai menanjak kariernya, sekaligus diliputi kebimbangan. Akankah dia tetap bertahan di Sieben, yang masa sekarangnya tidak secerah Naufal, Syahdu, atau The CS? Apalagi jadwalnya semakin padat. Pilihan bertahan semakin menjauh dari hatinya.

Manajemen ANN tidak berdiam diri. Mereka mengaudisi puluhan kandidat pengganti Redi, namun hasilnya nihil. Melihat gurat kegembiraan Redi di The CS, sebenarnya teman-teman Sieben sudah mengikhlaskannya. Apalagi kabar dikeluarkannya Sieben dari ANN semakin memanas, karena kualitas mereka tak kunjung membaik meski mendapat berbagai treatment. Paling tidak, ada satu orang dari mereka yang sukses.

Sampai suatu saat, sebuah peristiwa menyentaknya. Lagu ke-5 The CS tentang sahabat justru membuatnya berlinangan air mata. Dia teringat berbagai kisahnya bersama Sieben. Kisah tentang malunya ia bernyanyi diiringi acapella fals, kisah tawa ceria mereka saat latihan, kisah mereka tampil dengan mic ala kadarnya, tampil di kampus-kampus dengan roti, kue atau buah sebagai bentuk terima kasihnya. Semua terblender membentuk rindu.

Redi memantapkan hati untuk bertahan di Sieben, walaupun usia tim itu tinggal menghitung hari. Namun, ternyata Allah tidak mengijinkan kematian Sieben. Beberapa perantara-Nya hadir membantu. Firto mengambil alih manajemen Sieben. Dengan kejam ia melecut motivasi tim, sesuatu yang kurang dimiliki Sieben. Iie The CS pun turun tangan menjadi pelatih Sieben. Hans Syahdu menjadi arranger vokal lagu-lagu Sieben. Berbagi itu berbuah hasil. Sieben mulai menuai prestasi. Syahdu, The CS, dan Sieben pun kian dekat. Kini, Redi tidak lagi menjadi orang biasa, tetapi menjadi orang yang paling beruntung karena bisa berada dalam 4 tim dalam rentang waktu yang tidak berbeda.

“Kalianlah Sahabat. Genggam tanganku erat. Melalui rintangan. Hadapi tantangan. Kita kan bersama. (Senandung Untuk Sahabat – The CS dengan formasi Redi-Iie-Dek Iie-Saut-Azmi-Leon)

KD 3: Membuat Lagu dari Hati

KLINIK DIKLAT  3

Selain harus memiliki bagian mahal (bagian mahal apaan tuh? Kapan-kapan kita bahas ya ^_^) dan harus easy listening, ada dua cara lagi untuk memperbesar peluang sukses lagu itu. Indikator sukses disini adalah lagu itu banyak disukai oleh nasyid lovers.   

Yang pertama, rasanya ini sudah banyak yang mengerti, yaitu dinyanyikan dengan hati. Cara kedua, yaitu lagu itu dibuat dengan hati. Sebagian besar lagu dengan cara ini bersinggungan erat dengan kisah nyata. Beberapa tips untuk membuat lagu dari hati, diantaranya:
  1. Buatlah sesuai dengan pikiranmu. Jika kamu bukan tipe penulis lagu yang puitis, jangan memaksakan kata-kata puitis. Yang terpenting, pesan lagu sampai. Pun sebaliknya. Seorang pencipta lagu di ANN Jateng sering disebut aneh karena lirik-lirik yang ia ciptakan jauh dari kesan puitis dan kata-katanya tidak lazim untuk nasyid. Tapi, ia mengaku bahwa seperti itulah hatinya mengkomando untuk membuat lagu.
  2. Jangan menunda. Saat kamu sedang bergembira bersama teman-teman, tiba-tiba kamu ingin membuat lagu tentang persahabatan, lakukan secepatnya. Mumpung suasana hatimu mendukung.Ingat bahwa lagu yang kamu ciptakan membawa misi pesan kebaikan, jadi cobalah untuk jujur menuliskan lirik.
  3. Jangan bermaksud menulis lirik-lirik indah untuk dipuji orang lain. Buatlah keindahan itu tercipta karena kejujuran kamu mengungkapkan.
  4. Sebagian orang takut menuangkan kata hati ke sebuah lagu, karena pesan yang ingin disampaikan malah belum ia laksanakan. Misalnya lagu nikah, tapi yang membuat belum nikah; lagu tentang sholat, tapi yang buat malah bolong-bolong sholatnya. Positive thinking, guys! Bisa jadi kata hati itu malah menuntun kita untuk melaksanakan pesan yang belum kita laksanakan. So, tulis aja. Namanya juga manusia, senantiasa berproses lebih baik.   
  5. Lagu yang dibuat dari hati bukan berarti lagu egois dan absolut gue banget. Manakala ada kritik bin saran dari orang lain pada lagu itu, jangan menolak duluan. Cerna dan kajilah. Siapa tahu masukan itu membuat lagu kita makin ciamik.
Oke nasheed lovers, sekian dulu klinik diklat kita...^^

CS 4/2: Mister Ya, Ya, dan Oke!

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 4 "Aksi Orang (yang dianggap) Biasa"
Volume 1: Mister Ya, Ya, dan Oke!

“Tidak bisa dan tidak mau itu tidak boleh tertukar urutannya. Kebanyakan dari kita berkata tidak bisa, padahal belum mencoba. Jadi bagaimana kita bisa menyimpulkan tidak bisa, kemudian tidak mau, padahal belum mencobanya?”

Namanya Huda. Masuk dalam tim Mahiba membuatnya diembel-embeli Huda Mahiba. Orangnya kutilang alias kurus tinggi langsing, dengan rambut kriwil-kriwil. Huda adalah anggota ANN termuda. Diantara sekian banyak kepala, Huda menjadi suara paling nge-bass. Saking nge-bassnya, banyak orang yang sengaja berbicara dengannya menggunakan volume bass.

Dibanding dengan personil Mahiba lain, Huda jelas kalah pamor. Dia hanya dikenal sebagai sosok pendiam dan sepertinya tidak punya kemampuan lebih dibanding yang lain. Apalagi selama ini, dia hanyalah follower dengan kata idem di setiap aksi.

Sampai suatu saat, waktu pembuktian itu tiba. Di luar prediksi Mahiba, manajemen ANN menunjuknya sebagai mas’ul Mahiba. Semua terperangah dan bertanya-tanya: apa iya, anak ini bisa? Tanpa banyak pembelaan diri (saking pendiamnya), Huda pun tak berkutik dan mengiyakan.

Dua minggu berlalu, Huda menjelma menjadi Si Mister Oke, yang selalu berkata ya, ya, dan oke untuk setiap tugasnya. Tapi, semua tugas itu beres dan lancar total. Walau sempat keluar protes dari personil lain, karena si pendiam itu tidak pandai merangkai kata, akhirnya SMS koordinasi yang dibuatnya terasa kasar. Tidak banyak bicara dan segera beraksi, itulah Huda.

Rasanya masih segar sejarah pengangkatannya menjadi numero uno di Mahiba, sekonyong-konyong manajemen menetapkannya menjadi ketua ANN Jateng di masa transisi. Tanpa banyak berkata, Huda menjawab ya. Padahal, sosoknya pasti akan dibandingkan dengan Aris (ketua ANN wilayah yang paling terkenal se-Indonesia. He he he, hiperbola mode on).

Satu bulan. Hanya satu bulan tugasnya menjadi ketua ANN Jateng. Tapi, dia berhasil membuat perubahan besar, diantaranya membuat studio berperedam untuk ANN, merombak kantor lebih efisien, dan membuat event kebersamaan antar tim. Munsyid antar tim pun ia koordinasikan bahu membahu melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

Jika sebagian kepala akan mengeluarkan seribu alasan pembelaan saat dikritik, maka Huda hanya menjawab ya, ya, oke, dan segera memperbaikinya. Alhasil, Huda mulai belajar memilih kata, agar SMS terlihat menyenangkan. Pemuda kutilang ini pun berlatih public relation yang luwes. Sampai timbul komentar, “Wah, Huda sekarang berubah,”. Sekali lagi, hanya dalam 1 bulan.

Pemuda yang seharusnya punya senjata kuat untuk menolak amanah, dengan rupa pendiam dan alasan bukan aktivis itu, kini malah menjelma menjadi pemimpin hebat. Hanya dengan ya, ya, dan oke.

CS 4/1: Buah Kekejaman

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 4 "Aksi Orang (yang dianggap) Biasa"
Volume 1: Buah Kekejaman

"Kejamlah pada diri sendiri. Jika tidak, dunia akan kejam padamu" 

Anggit SIEBEN adalah seorang munsyid berpredikat just so so alias biasa saja. Padahal, dia bernasyid sudah satu setengah tahun. Tidak ada yang istimewa darinya. Dirinya hanyalah bass acapella dari tim, yang dicap sebagai tim terburuk di ANN Jateng. Saking biasanya, beberapa munsyid ANN Jateng bahkan ada yang lupa nama pemuda itu. Hanya kenal wajah saja. Maklum, keluarga besar ANN Jateng yang berusia tiga tahun ini mencapai hampir kepala seratus.

Hobi pemuda ini adalah menulis puisi. Entah sudah berapa lembar puisi yang diukirnya. Namun, sebulan yang lalu ritual menulisnya bertambah. Tepatnya sejak Firto diminta menjadi manajer sebulan bagi Sieben. Sekonyong-konyong, manajer yang sering disebut kejam itu memberi sebuah tugas membuat lagu pada Anggit. Satu minggu waktunya. Jujur, bagi Anggit tugas ini terasa berat.Dia belum pernah membuat lagu sekalipun. Apalagi dia adalah aktivis kampus berjuluk sibuker.

Tepat tujuh hari berlalu, Anggit belum jua mampu membuat satu lagu fix. Panik ia. Tersisa beberapa menit sebelum presentasi karya, Anggit memilih mojok di dapur kantor ANN. Tak dipedulikannya panggilan-panggilan Firto yang menghororkan suasana. Serius ia membuat lagu dengan sistem super kebut. Kemampuannya menulis puisi ia aplikasikan dalam lagu. Ajaib! Tak dinyana Firto menyukai lagu itu, meski tak urung kritik pedas keluar juga.

Suka, bukan berarti selamat. Dengan cuek, sang manajer memintanya membuat 5 lagu dengan waktu seminggu. Ganjaran push up 50 kali untuk setiap 1 lagu yang tidak bisa dibikin, tentu membuat pemuda kurus itu mati gaya. Tak mau panggilan horor Firto terulang, Anggit ngebut membuat lagu. Hasilnya? Anggit bisa menyelesaikan 5 lagu itu hanya dalam 5 hari. 3 lagu bahkan dianggap Firto sangat bagus, sehingga sang manajer nyaris menitikkan air mata.

The End belumlah terpampang. Namun Anggit bisa tersenyum tenang, menghadapi tugas berikutnya : membuat 15 lagu dalam waktu 30 hari. Ditengah perintah ngamen di jalan, rekaman 2 lagu dalam sebulan, menjadi juara festival, latihan dengan pelatih intensif (tugas-tugas yang dibebankan Firto untuk Sieben dalam waktu sebulan), Anggit mampu menunaikannya.

NB: 
“Untuk maju, seringkali kita hanya perlu memaksa diri untuk keluar dari comfort zone hidup kita.”

CS 3/3: Anak Autis dan My Speechless

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 3 "The Inspiration"
Volume 3: Anak Autis dan My Speechless

Salah satu permasalahan mendesak ANN Jateng adalah kekurangan keyboardis. Hanya ada dua keyboardis senior, yang ada di ANN Jateng. Satu milik Syahdu dan satu lagi milik Naufal. Repotnya lagi, keduanya sekarang bekerja, sehingga tidak bisa tampil di hari-hari aktif.

Suatu ketika, salah satu tim kami akan tampil di sebuah repeat order. Klien ini termasuk loyal. Sudah beberapa kali kami diundang dalam acara mereka. Atas dasar itu, kami berusaha memberikan yang terbaik buat mereka. Naasnya, dua keyboardis senior ANN Jateng tidak bisa tampil. Kami belum berani memakai keyboardis pemula, karena mereka masih tahap awal belajar. Akhirnya, kami memutuskan untuk menyewa keyboardis profesional.

Segala sesuatu telah dipersiapkan. Kami berusaha memberikan perfom terbaik. Sengaja kami pilih Hans-Dudu Syahdu dan Redi Sieben, karena mereka tiga vokalis yang masuk jajaran terbaik, selain Alief, Iie The CS atau Jihad Mahiba. Terasa kurang, kami pun menambah Pak Joko, pemain saxophone Naufal. Rasanya penampilan ini akan luar biasa. Apalagi perfom ini akan didukung seorang keyboardis dari musisi profesional.

Namun, mimpi buruk itu mulai tumbuh. Mendadak sang keyboardis profesional itu tidak dapat datang untuk prepare latihan. Kepada kami, dia meminta tidak usah khawatir, karena dia sudah menguasai lagu-lagu request. Sedikit ketar-ketir, kami mempercayainya. Padahal, kami tidak begitu yakin dia menguasai lagu-lagu Islami itu dengan cepat.

Hari H itu tiba. Jreng! Mimpi buruk itu benar-benar terwujud. Sang keyboardis tidak siap, dan sibuk mencari-cari kunci lagu di tempat tampil. MIDI pun banyak digunakan sebagai senjata. Padahal, untuk sebagian munsyid ANN, memakai MIDI tanpa banyak tambahan keyboard termasuk aib.

Saat itu, aku betul-betul jengkel dengan keyboardis itu. Sudah bayar mahal-mahal, hasiknya malah mengecewakan. Bahkan dia tidak lebih bagus daripada keyboardis yang kami punya. Menyesal juga membayar dia lebih mahal dibanding pemain yang lain.

Malang kotanya jauh, untung tak dapat diraih. Sebuah tawaran tampil di hari kerja datang lagi. Dengan sangat terpaksa, kami akhirnya memakai jasa keyboardis itu kembali, karena kenalan lain sudah sangat sibuk jadwalnya. Tapi, kali ini dia wajib latihan terbih dahulu sebelum tampil. Tak cukup itu, sebuah CD berisi kompilasi lagu Islami telah dipersiapkan, agar dia bisa mendengarkan sebelum latihan.

Mungkin karena merasa bersalah, sang keyboardis berinisiatif mengambil CD itu di kantor kami. Sayangnya, CD nya disimpan oleh seseorang yang sedang keluar kantor. Akhirnya, aku dan temanku berinisiatif mengantarkan CD itu kerumahnya. Tapi perasaan jengkel, kesal, dan sebal pada sang keyboardis masih saja menyelimutiku.

Tiba-tiba kebencianku pada keyboardis itu melumer. Kulihat ia menyambut kedatangan kami dengan ramah. Saat itu ia masih bermain-main dengan anaknya, yang habis buang kotoran. Yang aneh, anak berusia tujuh tahun itu masih memakai popok bayi sekali pakai. Setelah kuperhatikan, ternyata anak itu juga autis. Jika sebagian orang tua malah menyembunyikan anak autis di hadapan tamu, keyboardis itu malah terlihat bangga dan sayang dengan penderita autis itu. Sesekali kontak fisik, seperti belaian, dilakukan keyboardis itu pada buah hatinya.

“Ya beginilah. Kayaknya hanya Bunga*) deh, yang masih pakai popok. Anak (seusianya) yang lain tidak,” gurau Keyboardis itu pada sang anak. Aku hanya diam. Tak dapat berkata-kata. Meski temanku masih mencoba berbasi-basi, dengan mengatakan anak autis itu cantik

Akhirnya aku pulang dengan keadaan membisu. Temanku bilang, seandainya ia mendapat cobaan seperti itu, bisa saja dia merasa tidak sanggup. Kubiarkan saja ia berceloteh. Sementara itu, pikiranku melayang-layang, membayangkan musisi biasa itu begitu sayang dengan anaknya, si penderita autis itu. Semoga dia dikuatkan dan diberi kebaikan, demikian pintaku.

CS 3/2: Nikah Karena Ibadah

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 3 "The Inspiration"
Volume 2: Nikah Karena Ibadah

Tomy Octavian..................

Pertama kali masuk The CS, manusia yang masih hijau itu umurnya 18 tahun. avoritnya mendengarkan lagu-lagu ‘terluka dan bernanah’ (istilah sahabat The CS untuk lagu yang romantik mendayu-dayu berlebihan alias lebay). Cerita tentang nikah dan film-film penguat hasrat nikah, seperti KCB, adalah kegemarannya. Semua hanya tersenyum, tak sedikit yang tertawa, dengan rencana ingin cepat menikahnya.

Semua hanya menganggap itu hanyalah syndrom lelaki 18 – 23 tahun, yang menggebu untuk menikah; menggebu baca-baca buku nikah; dan menggebu bercerita tentang nikah. Toh, niat itu akan surut begitu 23 tahun ia lewati.

Tapi semua terbius...

Manakala anak semester 6 itu ngoyo lulus cepat

Manakala mati-matian dia bekerja mencari nafkah

Manakala pemikirannya berkembang sangat cepat. Mengobrol dengan Tomy terasa mengobrol dengan seorang om-om umur 33 tahun

Dan manakala shocking therapy: undangan pernikahan, itu diwujudkan, tak sedikit lisan beristighfar karena terkejut

Beristighfar karena akhirnya lelaki itu mengakhiri lajangnya di usia 20 tahun

Beristighfar karena yang cukup mapan sendiri, belum siap melepas status hura-hura “LAJANG”

27 Mei pernikahan Tomy THE CS dengan Linda, sang pendamping hidupnya.

Selamat menempuh hidup baru teman. Manis-pahit bahtera itu akan kau kecap. Ingat—Nikah karena ibadah, bro ^_^

Note :
Setidaknya ada 5 orang ikhwan ANN yang berencana menikah tahun ini. Tomy adalah yang kedua setelah Gusti Naufal.

CS 3/1: Bisul, KCB, dan Trust

Chicken Soup-nya ANN Jateng Edisi 3 "The Inspiration"
Volume 1: Bisul, KCB, dan Trust

"Trust atau kepercayaan adalah Mahal. Sulit membuat trust yang sama, jika sebelumnya pernah ternodai."

Aspal hitam itu kian basah, selaras hujan yang makin deras menghujam. Jalanan Magelang-Ambarawa yang meliuk-liuk, membuat perjalanan terasa lama. Dibiarkannya saja Firto, yang memboncenginya, melajukan pelan motor mereka. Ah, masih sesak rasanya dada Rifqi. Dada itu dipenuhi sesal dengan sedikit ruang untuk kesal bermain. KCB oh KCB! Pikirannya melayang kemana-mana. Hembusan bayu malam coba menuntun pikiran itu. Mencari runutan penyebab sesal, yang kian overload saja.

Beberapa hari lalu adalah hari yang membahagiakan Rifqi. Fans berat film KCB ini akan rekaman lagu Aku Pada-Mu bersama Firto, sebagai hadiah terpilih menjadi top munsyid bulan maret 2010. Latihan sudah, membuat musik sudah, musisi yang terlibat pun sudah dihubungi. Rencananya mereka akan rekaman di Jogja, di sebuah studio milik seorang musisi. Musisi ini adalah kepercayaan sebagian munsyid ANN Jateng.

Segala rencana mendadak goyah. Di waktu yang sama dengan jadwal rekaman, mendadak The CS, timnya Rifqi, mendapat undangan mengisi sebuah seminar nasional. Pembicaranya adalah Oki Setiana Dewi ‘Anna’ KCB. O la la! Durian runtuh itu membunga-bungakan Rifqi.

Rasanya tiada sulit bagi Rifqi untuk meminta jadwal dimundurkan pada Firto. Apalagi sang tandem terlihat lemah fisiknya. Tubuh Firto diinvasi panas demam tiba-tiba. Beberapa hari lalu, partner duonya itu kebanyakan makan telur dan daging. Singkat cerita, diduga bisul menyerang Firto. Entah itu penyakit elit atau penyakit kampung; entah itu ada korelasi dengan telur atau tidak; yang jelas pemuda berwajah oriental itu terlihat menderita. Benjolan itu membuat Firto sulit duduk.

“Besok kamu tampil di acaranya Anna KCB kan Dek Iie?” tanya Firto retoris. Si Iie Kecil ini pun mengangguk. Diam ia. Menunggu kelanjutan berita membahagiakan dari Firto : PEMBATALAN JADWAL.

“Kan itu sampe jam sepuluh-an. Berarti kita naik motor, biar gak terlambat rekamannya. Kalo naik bus bakal telat,” lisan Firto, yang sebenarnya tenang, terasa berdesibel teramat besar. Menggugurkan bunga-bunga, yang beberapa hari lalu Rifqi rangkai di hatinya. Uh, Mas Firto si Cindi Tega.Padahal udah tahu adiknya ini fans berat KCB

“Tapi, Mas,”

“Kalo mau foto dengan KCB, bisa sebelum tampil,” tegas Firto seolah melihat pikirannya, yang bersemayam di sel kelabu otak miliknya. Sadis! Sadis!

“Ini masalah kepercayaan, Dek. Kita sudah bikin janji dan fix. Saya bakal kecewa kalo kamu lebih memilih jumpa artis KCB ketimbang karir kamu. Bisa jadi lagu ini membawa kamu bertemu dengan artis-artis KCB lagi,” lanjut Firto. Kalo sudah begitu, Rifqi hanya bisa diam. Berusaha ditahannya wajahnya yang kian bergradasi ke warna merah.

“Tapi, bisul mas gimana?” Rifqi masih melobi. Harapan itu masih ada. Ya Allah, berikan keraguan pada Mas Firto.

“Berhubung saya tidak bisa duduk di jok belakang, saya yang menyetir di depan,” kata Firto. Mengangakan mulut Rifqi. Duh, kalo bisul itu pecah dan merembes kemana-mana gimana? Mas, gak mikir kesitu apa?

“Pokoknya, selesai tampil langsung berangkat!” ultimatum Firto.

Jger! Gemuruh halilintar membuyarkan lamunan Rifqi. Aspal hitam itu masih basah, selaras hujan yang masih deras menghujam. Jalanan Magelang-Ambarawa yang meliuk-liuk, membuat perjalanan terasa lama. Basah tubuhnya, gigilkan raga. Tiada bintang yang menghangatkan. Langit dikuasai kelam bersama hujan, kekasihnya. Tak sabar ia ingin mencium aroma Semarang lagi. Dibiarkannya saja Firto, yang memboncenginya, melajukan pelan motor mereka. Ah, Masih sesak rasanya dada Rifqi. Dada itu dipenuhi sesal dengan sedikit ruang untuk kesal bermain. KCB oh KCB! Anna KCB baru datang jelang usai The CS tampil di seminar itu. Terkubur sudah impiannya untuk sekedar mengkespresikan kekagumannya terhadap film itu pada sang bintang KCB. Biarlah. Aku ikhlas ya Allah.

Note:
M. Rifqi Andikasani sering dipanggil Dek Iie atau Iie Kecil. Selain karena namanya sama dengan Kak Iie (Dhiya Rifqi), Iie Kecil ini juga satu tim, satu kos, sekaligus sangat dekat dengan Iie. Jika Tomi The CS yang jadi vokalis, maka biasanya duo Iie ini bergandengan menjadi choir 1 dan 2.
Lagu Aku PadaMu merupakan hadiah buat Iie Kecil karena menjadi the best munsyid ANN Jateng bulan Maret. Lagu ini sekaligus mempersiapkannya menjadi vokalis The CS. Meski sempat diwarnai insiden Bisul, KCB, hujan-hujanan di malam kepulangan, kaki Iie kecil yang terkilir, dan lain-lain, akhirnya lagu ini menjadi salah satu lagu the best ANN Jateng periode April.