Rabu, 19 Januari 2011

Opini Cihuy Edisi 2

Fatih, barometer nasyid yang suka berbagi?

Sebenarnya ada yang lebih layak menulis catatan ini, tapi tulisan ini saya persembahkan, sebagai wujud apresiasi saya untuk dedikasi mereka selama ini pada nasyid. Kebetulan di ANN Jateng banyak banget yang nge-fans sama tim ini.

Saya mengenal Fatih sejak tahun 2004. Saat itu mereka menjadi peserta salah satu audisi tim nasyid di sebuah festival televisi terkenal, FNI 1 (Ups sori, menyebut merek). Saya ingat betul bahwa tidak ada komentar yang begitu pedas bagi tim ini. Mereka tampil bagus dan aman. Namun, takdir berkata lain. Mereka tereliminasi pertama kali di ajang itu bersama dengan Zukhruf (Jateng). 

Skenario-Nya memang indah. Tak lama setelah itu, Fatih menetaskan Album dengan hits single Anyta. Album ini merupakan pembuktian  awal bahwa mereka konsisten di jalur nasyid. Disaat itu, jagoan FNI 1 saya malah pindah jalur jadi musik yang lain (Oh no!). Sebenarnya ada beberapa tim FNI 1, as I know, masih bertahan, seperti Launun, Zukhruf, Senandung Hikmah, Alveoli. Tapi (menurut saya), Fatih gaungnya paling terdengar di Indonesia. Segmen yang dibidik pun jelas, yaitu remaja SMA getho deh. Jadi, waktu saya jadi juri atau penonton festival, mesti lagu-lagu Fatih banyak beredar di kalangan tim-tim muda itu (Dulu JV, belakangan Awan. Bingung kan? He he).

Wajar saja. Jika di definisikan tiga kata, maka Fatih itu muda, ceria, dan semangat (Walaupun sekarang bisa ditambah dengan frase terancam gendut bagi sebagian personil, he he kaburrr!). Saking terkenalnya, tidak hanya majalah Islami yang memuat profil mereka. Sebuah majalah remaja nasional yang gaul gila ikut-ikutan nampang tuh profil (Saya gak langganan lho. Cumi alias cuma minjem. Gak penting mode on). 

World Idol dari Fatih adalah lagu favorit saya dulu. Tapi, lagu itu tidak begitu populer. Setidaknya ada 4 lagu mereka, yang sering dibawakan munsyid lain: Anyta, Dzikir Adalah, Futur, Nasyid Memang Asyik (yang menurut saya mirip….tiiit sensor). Beragam aransemen ulang dibuat khusus buat lagu-lagu itu. Apalagi saat Nasyid Memang Asyik dijadikan lagu wajib bagi banyak Festival, puluhan bahkan ratusan aransemen lagu ini tercipta. Subhanallah. Ladang amalnya Fatih jadi gede deh (ikutan seneng).

Sempat saya dengar kontroversi lagu Dzikir Adalah yang bergenre dangdut. Ada radio Islami yang gak mau memutar, lagu itu dibahas pula oleh Mbahnya munsyid (ehm, siapa tuh) yang anti itu lagu. Bahkan The CS (tim yang gak kalah terkenalnya dari Fatih. Huahahaha, bohong. Mereka yuniornya Fatih kok)  disindir seorang kyai gara-gara lagu itu. Tapi, lagu ini menjadi pembelajaran bersama, bahwa jangan mencaci jelek sesuatu yang sama-sama baik. So, haroki dan acapella mari eratkan barisan (lho kok sampe kesitu?). Kenyataannya lagu ini menjadi awal mula tobatnya seorang PSK, gara-gara mendengarkannya di sebuah radio dangdut.

Dari tadi saya sudah bicara bagus-bagusnya Fatih. Gak fair juga kalo gak nampilin jelek-jeleknya (huahahah). Menurut saya, Fatih itu dari segi menyanyi gak bagus-bagus amat. 85 lah nilainya (85 gak bagus, bagusnya berapa bo?). Sama kayak Awan ANN Jateng, Sintesa ANN Jogja. Jika nasyid lovers jeli, mereka tidak begitu kuat dalam hal harmonisasi suara, pecah-pecah suara yang rumit gitu he he. Sejauh ini, menurut saya tim nasyid Syahdu yang paling bagus harmonisasinya (he he numpang promo, maklum mereka mau launching album). Tapi, Fatih luar biasa dalam hal perfom. Sama seperti Awan dan (mungkin) Sintesa. Dramaturginya bagus, betul-betul menghibur dan bersahabat. Dalam tampil kan perfom no 1, aransemen no 2, vokal no 3 (Semua ini menurut saya).

Meski perfom sudah ciamik dan cihuy, ada yang hal lain yang membuat saya terpesona dengan Fatih, yaitu semangat berbagi mereka yang patut diacungi 4 jempol. Saya sampai geleng-geleng kepala, manakala Fatih mau tampil di daerah jauh-jauh dengan fee yang mungkin malah membuat mereka tombok/rugi. Lupakan sejenak masalah plus-minus hal itu di dalam manajemen pengembangan tim atau seserius apa nasyid lovers mendukung nasyid. Saya juga sampai terharu, tim sebesar itu masih mau melatih tim-tim kecil, bahkan mendampingi tim yang (bisa jadi menurut orang) ecek-ecek/kelas teri untuk tampil di event Festival.

Mereka sebenarnya bisa bilang sibuk, ga punya waktu, masih belajar, dsb. Mereka juga bisa bilang, ngapain melatih, toh kita sudah cukup menginspirasi tim-tim lain untuk belajar dengan karya-karya kita. Tapi mereka melakukan aksi nyata dan tidak sekedar kata. Nama Papa Era alias Mas Era Sugiarso mungkin tak lepas dari aksi berbagi itu. Tapi, mendengar cerita temen-temen ANN Jateng yang dekat sama mereka, saya tahu bahwa personil Fatih lain juga melakukan hal yang sama. Si Dicky melatih A, Si Taqien D, Si Martha B, bla bla bla.

Tak ayal, jika sebagian (besar) tim acapella Jogja menurut orang luar Jogja bernuansa Fatih banget. Menurut saya ini justru merupakan kesuksesan, karena berarti makin banyak tim-tim sekualitas Fatih. Tinggal masuk ke langkah selanjutnya, mencari blue print sendiri-sendiri.  Konon cara belajar melukis di Cina adalah dengan meniru semirip-miripnya lukisan lain. Setelah bisa, baru belajar berkreasi dan menemukan gaya sendiri.

Finally, saya bilang Ya untuk Fatih di Suara Indonesia. Bagi saya pengorbanan berbagi mereka cukup untuk melisankan itu. Saya yakin mereka tidak akan beralasan ini itu untuk sebuah pemakluman kesalahan, yang mungkin akan menghadang. Buat Fatih, tetap berkarya, bersiap untuk pujian, bersiap untuk kritik, dan memperbaiki diri jika kritik itu benar. Buat Nasyid Lovers : selamat mendukung (atau tidak mendukung), tapi setelah membaca ini kalian akan tahu pilihan terbaik terbaiknya apa ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ramada, Iie', Sieben, De Cis, Faza, Awan, N'Fe, Nada, Mahiba, Syahdu, Alief, Majesty, Naufal, I~Five, Trio Baik Hati, Redi. We are ANN Jateng...

Posting komentarmu di bawah ini...^^