Minggu, 16 Januari 2011

CS 1/6: Sieben - Karena Cinta-Nya (Kisah Divisi HRD)

Vol. 6: Karena CintaNya (Sieben)
Kisah Divisi HRD (Ikhwan, Eri, Andang)

Eri termenung di kamar kosnya yang mungil. Dilihatnya agenda hariannya hari ini. Sore ada rapat HRD ANN. Ikhwan, sang manager HRD, sudah sejak pagi woro-woro mengingatkan via SMS. Entah kenapa tidak seperti biasanya dia malas ke kantor ANN. Dia tahu, waktu sore biasanya jadwal padat munsyid-munsyid ANN latihan. Kantor pasti rame. Tapi, dari sekian banyak munsyid ANN, paling hanya 20 % yang mengenalnya sebagai orang ANN. Syukur-syukur sebagai divisi HRD. Alhasil, dia harus merelakan dirinya menjadi mangsa tatapan aneh dari para munsyid, seakan dia adalah anak baru atau tamu ANN yang berkunjung. Eri memonyongkan bibirnya lima senti, tanda gundah dengan fenomena itu.


Jika ada kuisioner dengan pertanyaan Divisi apa yang personilnya paling terkenal? Pasti jawabannya Diklat. Siapa yang tidak kenal dengan Alief atau Hans? Firto Diklat pun demikian populer. Belum lagi Kiki Awan, yang tanpa di Diklat pun sudah terkenal dengan tim Awan nya. Nasib divisi lain tak jauh beda. Mereka dikenal dengan kinerjanya. Sedangkan HRD? Paling banter hanya sepuluh orang keluarga ANN yang tahu personil lengkap Divisi ini. Itu juga dengan iming-iming bonus gelas cantik ^^.

“Kenapa ya? Kok gak banyak yang kenal Divisi HRD? Baik pengurus maupun munsyid kayaknya mencueki Divisi HRD?” Keluh Eri pada seorang pengurus ANN beberapa waktu lalu

“Mungkin karena program kerjanya yang gak banyak bersentuhan dengan munsyid kali,”

“Ah, nggak juga. Kemaren pas Ikhwan dan Andang ngadain futsal buat keakraban keluarga ANN, nyatanya tetep gak banyak yang datang. Program kita kayak gak ada dimata munsyid ANN.”

“Masa sih?”

“Iya, bahkan kajian santapan ruhani yang kita gelar pekan lalu, yang banyak datang malah jangkriknya. Krik krik krik. Sunyi banget. Kan kasihan ustadznya,” Eri memuntahkan

“Kurang sosialisasi kali, Ri?” sangka pengurus itu pada Eri. Eri terdiam. Iya sih kayaknya, batin Eri mengakui.

“Afwan. Sudah berburuk sangka,”

“He he. Hayo lho. Tapi ngomong-ngomong, rekaman kajian kemaren ada nggak?”

“Gak ada? Emang kenapa?”

“Gak ada ya? Wah sayang banget. Padahal kata kamu tadi banyak jangkrik yang datang. Pasti suara mereka meriah banget. Kan lumayan tuh buat lagu pengantar tidur, he he,” guyon pengurus itu. Eri langsung salting setengah hidup. Jika dia masuk ke dunia film kartun, pasti ada gambar tiga garis dengan sebulir air biru diwajahnya.

“Iih kok gitu,”

“He he afwan, Ri.”

Sejenak mereka terdiam. Membiarkan semilir bayu lewat sepoi-sepoi.

“Saya cuma gak enak aja sama pengurus ANN lain?”

“Kenapa?”

“Kalo divisi kita gak dikenal, takutnya pada banyak yang salah kaprah. Dikira kita gak kerja. Kan gak enak,” keluh Eri.

“Emang kamu kerja karena persepsi orang lain?” tanya pengurus itu pada Eri. Akhwat itu terdiam. Wajahnya tertunduk, merasa ada lisannya yang terucap salah.

“Ri, kita bisa kerja ini itu karena cinta-Nya. Tanpa cinta Allah, tidak mungkin kita bisa melaksanakan itu. Jadi, niat kita kerja dimantapkan untuk menggapai cinta-Nya juga dong,” Eri makin membisu. Perbendaharaan kata-katanya menguap.

“Gak peduli dikenal atau tidak, yang penting show must goon. Kalaupun terkenal itu merupakan suatu keharusan demi kebaikan, Allah akan memberikannya tanpa harus kita paksakan ada,” lanjut pengurus itu.

Krik…krik…krik. Jam weker berbentuk jangkrik milik Eri berbunyi. Menandakan pukul 3 sore telah datang. Eri terbangun dari lamunan penuh hikmahnya. Bismillah…, aku harus segera sholat trus pergi ke kantor ANN, batin Eri. Ya show must go on. Gak peduli seberapa banyak munsyid ANN yang kenal aku, tapi lebih penting memikirkan seberapa banyak cintaNya yang dapat aku raih melalui ANN.

1 komentar:

Ramada, Iie', Sieben, De Cis, Faza, Awan, N'Fe, Nada, Mahiba, Syahdu, Alief, Majesty, Naufal, I~Five, Trio Baik Hati, Redi. We are ANN Jateng...

Posting komentarmu di bawah ini...^^